Sampah Masih Dibuang ke Sungai, Hulu Bali Jadi Sumber Pencemaran
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Pembuangan sampah ke sungai di Bali, terutama di wilayah hulu seperti Ubud hingga ke kawasan hilir seperti Tukad Mati, masih menjadi persoalan serius. Sungai masih dianggap sebagai tempat pembuangan sampah belakang rumah atau tebe oleh sebagian masyarakat.
Kesadaran warga terhadap kebersihan lingkungan, khususnya di sekitar bantaran sungai seperti Tukad Badung dan Tukad Ayung, dinilai masih rendah.
"Kadang-kadang sampah dapur dibungkus plastik langsung dilempar ke sungai. Sungai dianggap bukan bagian dari kehidupan mereka, padahal justru sebaliknya," ungkap Kepala UPTD Pengelolaan Sampah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali, Ni Made Armadi, Sabtu (26/7/2025) di Denpasar.
Armadi menegaskan bahwa kunci penanganan sampah ada pada pengelolaan sejak sumbernya, baik dari rumah tangga, hotel, maupun pasar. Jika dikelola dengan baik, maka potensi pencemaran ke TPA dan lingkungan bisa ditekan secara signifikan.
Ia juga menyoroti kondisi saat musim hujan, di mana limbah plastik dan sampah rumah tangga mengalir deras ke laut.
"Di Dreamland, Kuta, saat musim hujan, sungai penuh sampah plastik. Itu kiriman dari hulu. Kalau tidak dicegah, laut jadi korban, dan sektor pariwisata pun ikut tercoreng," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua TPS3R Desa Adat Seminyak, I Komang Rudita Hartawan. Ia menyayangkan perilaku warga yang masih membuang sampah ke sungai, terutama saat bendungan (dam) dibuka.
"Begitu DAM dibuka, sampah mengalir deras. Itu bukan sampah kiriman, tapi ulah manusia sendiri yang belum sadar arti pentingnya sungai," ujarnya.
Rudita menambahkan, sebagian besar sampah yang mengalir merupakan jenis anorganik seperti plastik, mencerminkan kebiasaan yang perlu segera diubah.
Meski pemerintah dan komunitas seperti Sungai Watch, Yayasan Windu, serta para relawan terus melakukan edukasi dan aksi bersih-bersih sungai, upaya tersebut belum cukup tanpa keterlibatan aktif masyarakat.
"Sudah saatnya kita hidup diet sampah, lebih ramah lingkungan, dan menjadikan sungai sebagai warisan, bukan tempat buangan," tutup Armadi.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga