Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
Tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon di Desa Kapal: Simbol Keseimbangan dan Persatuan
BERITABALI.COM, BADUNG.
Suasana sakral sekaligus meriah menyelimuti Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Ribuan warga dari 18 banjar larut dalam pelaksanaan Aci Tabuh Rah Pengangon, tradisi suci yang diwariskan turun-temurun dan sarat makna spiritual tentang keseimbangan hidup.
Menurut Bendesa Adat Kapal, Ketut Sudarsana, tradisi ini memiliki filosofi mendalam. Kata Aci berarti persembahan, Tabuh artinya jatuh, Rah bermakna energi, sementara Pengangon merupakan sebutan bagi Dewa Siwa. Melalui upacara ini, umat Hindu memohon kepada Dewa Siwa agar menurunkan energi kehidupan demi kesejahteraan masyarakat.
"Aci tabuh rah pengangon berasal dari beberapa penggalan kalimat yakni aci berarti persembahan, tabuh artinya jatuh, Rah artinya energi, dan pengangon adalah sebutan lain dari dewa Siwa. Sehingga demikian memohon kepada dewa Siwa agar beliau berkenan menurunkan sumber sumber energi kepada masyarakat khususnya kami di desa adat kapal," paparnya, Senin (6/10/2025) di Desa Kapal, Badung.
Agama Hindu, lanjutnya, menekankan pada ajarannya yaitu konsep Rwa Bineda, ajaran bumi dan langit yaitu bumi itu simbul Pertiwi, langit simbul Akasa, dari Akasa turun hujan jatuh ke bumi sehingga bumi akan subur. Sehingga pada perang tipat visualnya di masyarakat ada unsur purusanya dan ada unsur predana, kalau yang purusa di selatan dan Pradana di Utara.
"Nantinya ketupat itu akan dilemparkan ke atas sehingga tipat dan bantal akan ada yang bertemu sehingga menciptakan gerakan yang variabel," sebutnya.
Menurutnya, Aci Tabuh Rah Pengangon telah dilakukan sejak sekitar tahun 1680-an sebagai wujud bakti kepada Tuhan serta sarana mempererat persatuan, gotong royong, dan keharmonisan masyarakat.
"Tradisi ini yang sudah kita lakukan berkali kali dari leluhur kami sampai saat ini sampai sekitar 1680, sehingga Aci tabuh Rah pengangon ini sesungguhnya adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan kami khususnya di desa adat kapal," paparnya.
Ia menambahkan, tradisi sakral ini berlangsung selama dua jam dan diikuti dengan antusias oleh warga lintas generasi.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
