search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi Napak Pertiwi Desa Kiadan Plaga Warnai PKB 2025
Kamis, 3 Juli 2025, 22:31 WITA Follow
image

beritabali/ist/Tradisi Napak Pertiwi Desa Kiadan Plaga Warnai PKB 2025.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Sekaa Gong Ejo Bang, Desa Adat Kiadan, Desa Plaga, Kecamatan Petang, Badung tampil memukau membawakan tradisi sakral "Napak Pertiwi" di Kalangan Angsoka, Art Center, Denpasar dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025, Kamis (3/7/2025).

Napak Pertiwi merupakan warisan tradisi turun-temurun masyarakat Desa Adat Kiadan, Plaga. Salah satu puncak prosesi sakralnya adalah tarian "Ida Bathara Ratu Sesuhunan" yang ditampilkan dalam wujud Barong dan Rangda.

Dalam PKB 2025, Sekaa Gong Ejo Bang mengemas tradisi ini menjadi garapan seni tradisi yang mewakili Kabupaten Badung.

Menurut Penata Kerawitan, I Putu Sopyarta, S.Sn, pertunjukan ini mengangkat kekayaan spiritual, estetika, dan budaya masyarakat Desa Adat Kiadan melalui perpaduan tabuh dan tari sakral penuh makna.

Diawali dengan Tabuh Petegak Bebarongan "Dangsil", pertunjukan ini mengangkat filosofi persembahan Dangsil sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen dan kesuburan alam. Dangsil yang dibuat dari anyaman bambu, dihiasi sesajen, diwujudkan dalam komposisi musikal petegak yang terdiri dari bagian kawitan, pengawak, dan pengecet.

Selanjutnya ditampilkan Tari Pendet Pemendak Ratu, persembahan suci untuk menyambut kehadiran Ida Bhatara saat prosesi Napak Pertiwi.

"Tarian ini berfungsi sebagai ritual penyucian arena pementasan, diawali oleh tokoh penasar wijil yang membawakan kisah tentang kearifan lokal dan pentingnya pelestarian budaya di Desa Adat Kiadan," ujar Sopyarta.

Sebagai penutup, hadir Tari Telek Badung yang mengisahkan kosmis tentang turunnya Sang Hyang Tri Semaya untuk meredam kekuatan Dewi Durga dan Kala Ludra di Setra Gandamayu. Dewa Brahma menjelma sebagai Jauk, Dewa Wisnu sebagai Telek, dan Dewa Iswara sebagai Barong demi menjaga keseimbangan alam.

"Karya ini menjadi simbol perlindungan spiritual dan keseimbangan semesta," katanya.

Sopyarta menambahkan, ketiga karya tersebut berpadu dalam satu suguhan artistik dan spiritual yang mencerminkan ketulusan bhakti, harmoni kosmis, serta jati diri budaya Desa Adat Kiadan. Ia juga menyebut, persiapan pementasan ini sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu.

"Total seniman yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari penari dan penabuh," tukasnya.

Editor: Redaksi

Reporter: Diskominfo Badung



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami