search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dikenal Beracun, Begini Mengolah Umbi Hutan Jadi Keripik Gurih Bermanfaat
Senin, 30 Januari 2023, 14:00 WITA Follow
image

beritabali/ist/Dikenal Beracun, Begini Mengolah Umbi Hutan Jadi Keripik Gurih Bermanfaat.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Umbi hutan yang disebut gadung atau (Dioscorea hispida Dennst) ternyata bisa jadi bahan keripik. Olahan keripik gadung yang nikmat membutuhkan kesabaran dalam prosesnya.


 
Gadung yang diketahui beracun, ketika diolah menjadi keripik akan menghilang dan tidak membuat mabuk bagi para penikmatnya. 

Produsen keripik gadung asal Banjar Munduk Asem, Desa Cupel Kecamatan Negara, Jembrana, Masudi mengatakan sebelumnya terjun ke usaha ini, dulunya ia mengerjakan batu bata merah. Setelah menekuni keripik gadung, ia bersyukur bisa menghidupi tiga anak dan istrinya. 

"Cara mengolah gadung agar tidak beracun membutuhkan proses panjang. Gadung hutan merupakan tanaman yang merambat. Ini pun harus dicari di daerah Manistutu hingga hutan yang ada di seputaran Jembrana," katanya. 

Masudi menuturkan untuk mengolah gadung menjadi irisan keripik membutuhkan waktu yang lama, yakni mulai dari membersihkan gadung agar tak beracun. Pertama, gadung harus dibersihkan, lalu diiris tipis-tipis dan ditaburi dengan abu gosok. 

Kemudian diendapkan dalam bak atau keranjang ditutup karung hingga endapan racun keluar berwarna kuning dengan selang waktu kurang lebih 24 jam. 

"Setelah itu gadung dibilas dengan air dan dijemur setengah hari. Keringnya akan membuat gurih pada gadung hanya dengan menambahkan sedikit garam. Kemudian digoreng atau dijual mentahan. Irisan tipis gadung dikemas dalam plastik kecil dengan harga 1.000 rupiah. Setelah dikemas masuk ke warung dan toko bentuk bal dibanderol seharga 10.000 rupiah, dengan kemasan isi 10 bungkus," lugasnya.

Untuk modal awal usaha ini, Masudi hanya mengeluarkan biaya 50 ribu rupiah untuk membeli gadung hutan sebanyak 2 angkring. Berkat tekad kuat menjual keripik gadung, kini keripik gadung Masudi merajai seluruh pasar di Jembrana. 

Kendati harga bahan dasar seperti minyak goreng murni dalam kemasan meningkat dan juga harga gas tabung 3 kg juga naik kisaran 22 ribu rupiah, usahanya kini mulai di lirik pemerintah desa, agar membuat proposal bantuan UMKM yang kreatif di desa. 

"Keripik gadung yang renyah dan gurih sangat nikmat menjadi hidangan tamu bahkan makanan ringan keluarga. Dalam sehari, ia bisa menghasilkan keripik gadung sebanyak 35 kg dengan omzet per minggu sebesar 2 juta rupiah. 

"Ini usaha rumahan yang melibatkan para pekerja baik keluarga juga tetangga," ungkapnya.

Masudi juga menambahkan mereka dalam mengemas sebanyak 50 bungkus maka akan mendapatkan imbalan sebesar 50 ribu. Para tetangga pun merasa senang. Bahkan pesanan untuk lebaran nanti ada yang pesan kurang lebih 3 sampai 4 kwintal baik yang sudah digoreng maupun mentahan dari keripik gadung dengan tulisan Jiad yang lahir dari nama sang anak paling kecil.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/jbr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami