Misteri Gunung Nagaloka, Dimana Lokasinya?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Ada sebuah naskah kuno berjudul "Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul", atau disingkat "Purana Bangsul" saja. Naskah ini berbahasa Kawi campuran, kemungkinan telah disalin oleh banyak orang dalam periode berbeda.
Ini membuktikan bahwa naskah ini kemungkinan menjadi rujukan penting selama beberapa periode waktu mulai dari abad kelima belas hingga lama setelahnya.
Satu hal yang paling menarik dalam Purana Bangsul adalah disebutkannya bentang alam Pulau Bali secara cukup detail. Deskripsi geografis ini termuat dalam bagian pertama Purana Bangsul.
Dalam bagian ini, struktur geografi Pulau Bali dikaitkan dengan mistikisme gunung-gunung. Salah satu paragraf di bagian ini menyebutkan banyak nama gunung, bahkan beberapa di antara gunung itu tidak dianggap sebagai gunung dalam ilmu geografi modern.
Malahan, sebagian besar daftar gunung dalam Purana Bangsul mirip dengan daftar gunung api purba di Bali menurut data Geologi modern.
Sebagai contoh, di sana disebutkan mengenai Gunung Pulaki, yang tidak dikenal sebagai gunung di zaman modern. Padahal menurut data geologi, Bukit Pulaki memang dahulu adalah bagian dari Gunungapi Purba Patas yang telah tidak aktif lagi selama ratusan ribu tahun.
Sesungguhnya, yang menarik perhatian adalah karena naskah lontar ini juga menyebut nama Gunung Nagaloka. Menurut teks tersebut, Nagaloka adalah nama sebuah pegunungan, yang bisa diartikan sebagai kumpulan beberapa gunung. Letak pegunungan ini ada di barat Gunung Batukaru.
Beberapa ahli teks yang menerjemahkan lontar ini mengajukan berbagai macam argumen. Ada yang menyatakan bahwa Gunung Nagaloka adalah Gunung Lesung, yang kini terkenal dengan Kawah dan Pura Nagaloka. Informasi mana pun mengenai Nagaloka di masa modern ini akan langsung mengarahkan Anda pada puncak Gunung Lesung.
Namun, teks Purana Bangsul tidak menyebutkan Nagaloka sebagai gunung, melainkan pegunungan. Jadi, Nagaloka adalah kumpulan gunung. Karena itu, interpretasi kedua dari para ahli teks merujuk langsung pernyataan teks bahwa pegunungan Nagaloka ada di bagian barat Batukaru.
Namun dari citra satelit maupun pengamatan harfiah, bagian barat Batukaru adalah daratan aluvial Pupuan yang landai. Sama sekali tidak ada gunung atau pegunungan di sana.
Hanya saja, memang terdapat deretan pegunungan yang terletak agak jauh di barat Batukaru. Pegunungan ini berjajar dengan Bukit Pulaki, yakni Gunung Merbuk, Patas dan Musi. Ketiga puncak gunung ini saling berdekatan.
Interpretasi kedua ini didasarkan pada kisah bertemunya Dang Hyang Nirartha dengan naga besar di daerah ini tatkala beliau melintasi Pegunungan Merbuk dari Pantai Perancak untuk sampai ke Pulaki.
Dugaan ketiga mengenai Pegunungan Nagaloka tiada lain adalah Gunung Sanghyang-Adeng-Pohen, termasuk saudara termudanya yakni Gunung Tapak yang saat ini masih memiliki gejolak magma walaupun tak sampai meletus lagi. Dugaan ini diperkuat oleh adanya kawah yang disebut Kawah Nagaloka di dekat sana.
Apakah ini hanya kebetulan atau memang nama Nagaloka dalam Purana Bangsul diambil dari nama kawah itu, masih diperlukan penelitian yang lebih dalam. Yang aneh adalah, Purana Bangsul sama sekali tidak menyebutkan nama Gunung Lesung yang begitu jelas dan menonjol di antara jajaran pegunungan di sekitarnya.
Apabila Pegunungan Nagaloka terkait dengan nama Kawah Nagaloka di Gunung Lesung, maka bisa diduga bahwa yang dimaksud Pegunungan Nagaloka dalam Purana Bangsul adalah jajaran gunung api purba di Kaldera Beratan, yang lazim disebut Gunung api Purba Sanghyang-Adeng-Pohen.
Kemungkinan dan interpretasi tekstual dari perspektif lain tentu saja masih terbuka lebar. Kesimpulannya, Pegunungan Nagaloka masih menyisakan misteri baik dari teksnya sendiri maupun dari namanya.
Apakah lokasi tepatnya pegunungan ini sengaja dikaburkan karena terkait misteri bunga Nagapuspa yang menjadi rebutan para raja-raja luar Bali, tidak ada yang tahu pasti. Ini mengarah kepada sebuah pengaburan yang mungkin disengaja ataupun tidak, kemungkinan dari distorsi yang terjadi ketika teks Purana Bangsul ini disalin. Semoga bermanfaat. (penulis: IB. Arya L. Manuaba)
Reporter: bbn/tim