Dialog Lintas Iman di Puja Mandala Satukan Suara Lindungi Lingkungan Bali
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Dialog Lintas Iman "Draw The Line Bali" yang berlangsung di Puja Mandala, Badung, pada Sabtu (20/9/2025) menjadi momentum penting penyatuan suara lima pemimpin agama untuk menyerukan perlindungan alam dan penanggulangan krisis iklim.
Acara ini melibatkan pemuka agama dari Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, GKPB Bukit Doa, dan Pura Jagatnatha. Dengan mengusung tema "Merawat Bumi sebagai Ibadah", mereka menekankan bahwa merawat lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab moral sekaligus ibadah.
KH. Ibnu Subhan menegaskan bahwa jika manusia tidak bisa dinasihati dengan ucapan, maka alam akan memberikan peringatannya melalui keadaan. Ia menekankan, warisan lingkungan yang baik adalah solusi untuk generasi mendatang.
"Nabi Muhammad bahkan mengajarkan agar manusia tetap menanam meski kiamat sudah di depan mata," ungkapnya.
Sementara Alexander Sani Kelen dari Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa menyatakan bahwa kuasa manusia atas alam tidaklah mutlak. Gereja memandang bumi sebagai rumah bersama, sehingga manusia harus melakukan pertobatan ekologis.
Menurutnya, krisis lingkungan juga merupakan krisis sosial yang diperparah budaya konsumerisme berlebihan dan paradigma teknokratis.
Pandita Nyoman Setiabudi dari Vihara Buddha Guna mengingatkan bahwa perubahan bumi banyak disebabkan oleh keserakahan manusia. Prinsip ajaran Buddha menolak tindakan menyakiti makhluk hidup dan mendorong manusia hidup berdampingan dengan alam.
"Bali, sebagai pusat spiritual, kini tengah menanggung karma kolektif akibat pengelolaan lingkungan yang tidak seimbang," ujarnya.
Pendeta Wisesa dari GKPB Bukit Doa menekankan pentingnya kebijakan pro-lingkungan, zero waste, dan menolak konsumerisme. Menurutnya, bumi adalah milik bersama dan semua pihak harus memiliki visi kolektif untuk merawat rumah bersama.
Dari perspektif Hindu, Jero Ketut Subianta menjelaskan bahwa ritual melasti ke laut adalah simbol menjaga kesucian alam, khususnya laut sebagai sumber yang harus dijaga dan dilestarikan.
Penanggap acara, Ida Bagus K. Susena dari Puskor Hindunesia, menilai Bali sudah keluar dari prinsip keseimbangan akibat alih fungsi lahan dan pembangunan yang masif. Ia menegaskan Bali seharusnya menjadi barometer penyelamatan lingkungan dengan kembali pada filosofi Catur Hita Karana.
Sisilia Nurmala Dewi dari 350.org Indonesia menyebut bahwa dari Bali dunia dapat belajar pesan damai dan menghentikan eksploitasi alam. Ia menekankan bahwa keberagaman di Puja Mandala harus menjadi kekuatan untuk menjaga bumi.
Hening Parlan dari Greenfaith Indonesia menambahkan, Deklarasi Puja Mandala adalah momen lintas agama yang menyerukan bahwa suara iman adalah suara alam. "Iman kepada Tuhan dari agama apapun merupakan cerminan kasih Tuhan pada ciptaannya,” sebutnya.
Sementara itu, Paskah Toga dari Climate Rangers Bali menegaskan generasi muda tidak akan berhenti menyuarakan aksi iklim ambisius melalui berbagai cara, termasuk lewat mimbar keagamaan.
Kegiatan yang digelar oleh Climate Rangers Bali, Greenfaith Indonesia, dan 350.org ini diakhiri dengan doa bersama lintas iman dan deklarasi komitmen menjaga bumi sebagai amanah Tuhan dan warisan generasi mendatang.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/rls