Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan
Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Denpasar Usulkan Kapten Japa Jadi Pahlawan Nasional, Begini Perjuangannya
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Pemerintah Kota Denpasar menyatakan niat untuk mengusulkan Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa sebagai Pahlawan Nasional.
Pengumuman ini disampaikan Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, saat memimpin apel peringatan Hari Pahlawan 10 November di Lapangan Lumintang Denpasar.
Dalam amanatnya, Jaya Negara menegaskan bahwa Denpasar memiliki sejarah panjang perjuangan melalui Perang Puputan Badung.
"Pahlawan berjuang mengharumkan bangsa, kita sejahterakan masyarakat dalam memimpin pemerintahan saat ini," paparnya.
Ia mengatakan bahwa makna puputan menjadi spirit perjuangan yang tetap relevan, bahwa jiwa dan raga boleh gugur, tetapi semangat perjuangan tak boleh padam.
Pemkot Denpasar kini mulai melakukan kajian akademik untuk melengkapi syarat usulan gelar pahlawan nasional.
"Kami akan segera menerima audiensi dari pihak keluarga beliau," ujar Jaya Negara.
Ia menegaskan bahwa pihaknya tengah menyiapkan narasi lengkap perjuangan Kapten Japa untuk dikirimkan ke pemerintah pusat.
Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa dianggap layak diusulkan karena peran besarnya dalam perjuangan melawan Belanda. Jaya Negara menyebut bahwa Kapten Japa adalah sosok yang mengharumkan nama Bali, khususnya Denpasar, melalui dedikasinya sebagai pejuang muda.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kapten Japa gugur pada Serangan Umum Kota Denpasar, 11 April 1946. Ia dikenal sebagai pejuang pemberani, bahkan dijuluki Gatotkaca dari Denpasar. Lahir pada 3 April 1925 di Griya Punia Jati, Jalan Hayam Wuruk, ia merupakan kakak dari mantan Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, dan paman mantan Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra.
Kapten Japa mengenyam pendidikan di HIS selama tujuh tahun, kemudian melanjutkan ke MULO Malang. Saat perang Pasifik pecah, ia kembali ke Bali dan sempat menjadi pekerja di Mitsui Bussan pada masa pendudukan Jepang. Ia kemudian bergabung dengan PETA bersama 1.650 pemuda Bali lainnya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Kapten Japa ikut membentuk BKR di Bali bersama Nyoman Peged. Pada 2 Maret 1946, Belanda mendarat di Sanur dan menguasai Denpasar tanpa perlawanan. Rapat strategi untuk mengusir Belanda digelar pada 5 April dan 8 April 1946, yang memetakan serangan ke tiga tangsi: Kreneng, Kayu Mas, dan Satria.
IB Japa memimpin penyerangan dari arah timur—Yang Batu—dengan jumlah pasukan terbesar, sekitar 800 orang. Namun nahas, dalam pertempuran tersebut ia tertembak di dahi dan tiga peluru menembus dadanya. Sebelum gugur, ia sempat berpesan kepada rekannya, Ida Bagus Banjar, untuk terus melanjutkan perjuangan.
Kapten Japa meninggalkan seorang istri, Jero Wati, yang saat itu tengah mengandung delapan bulan. Nama perjuangannya kini diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Yangbatu, monumen di bundaran Niti Mandala Renon, serta Lapangan Kapten Japa di Denpasar.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/maw
Berita Terpopuler
Gudang BRI Ubud Ambruk Akibat Longsor
Dibaca: 2429 Kali
Turis Somalia Ngamuk Tuduh Sopir Curi HP, Ternyata Terselip di Jok Mobil
Dibaca: 2339 Kali
Anggota BNNK Buleleng Terciduk Konsumsi Sabu
Dibaca: 2175 Kali
Pedagang Pasar Kumbasari Cemas Tukad Badung Meluap Lagi
Dibaca: 1969 Kali
ABOUT BALI
Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem