Seniman Pujung Kaja Ingin Go Internasional Lewat Seni Ventriloquist Khas Bali
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Seni ventriloquist dengan sentuhan khas Bali kini mulai bangkit kembali melalui tangan kreatif seniman muda asal Banjar Pujung Kaja, Desa Adat Talepud, Tegallalang, Gianyar, I Made Adryanata, S.Sn., M.Sn.
Lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini memadukan teknik ventriloquisme dengan kekayaan tradisi wayang Bali, menciptakan pertunjukan unik yang sarat inovasi.
Baca juga:
Menguak Boneka Arwah yang Viral
Meski tergolong langka, Adryanata bersama kelompoknya berupaya menjaga sekaligus mengembangkan seni ini agar dapat diterima masyarakat luas. Terlebih, Desa Adat Talepud sendiri dikenal sebagai desa sumber seni, terutama dalam tradisi Wayang Wong yang sudah melegenda.
“Ventriloquist itu lahir dari rasa suka saya menonton wayang dan kekaguman pada dalang. Dari situ muncul ide untuk memvisualkan berbagai jenis seni dalam satu panggung pertunjukan,” ujar Adryanata, Kamis (25/9).
Berbeda dengan wayang pada umumnya, ventriloquist garapan Adryanata tidak hanya bertumpu pada dialog, tetapi juga membangun ilusi visual. Tokoh pewayangan Bali seperti Delem, hingga figur mitologis Naga Putih, menjadi inspirasi dalam penciptaan boneka-boneka ventriloquist. Hingga kini, ia sudah memiliki 25 boneka karakter hasil riset dan eksplorasi visual.
“Belajar teknik dasar suara ventriloquist sebenarnya bisa dilakukan dalam waktu sekitar satu bulan. Siapa saja bisa ikut, yang penting punya minat untuk menguasai teknik vokal dan memahami karakter bonekanya,” jelasnya.
Adryanata juga mengaku sangat bersyukur terlahir di lingkungan desa seni. Dari kehidupan sehari-hari di kampungnya, ia banyak belajar tentang wayang, baik wayang kulit maupun wayang wong, yang menjadi pondasi dalam berkarya.
Saat ini, sudah ada dua kelompok seni ventriloquist yang aktif berlatih dan tampil di Gianyar. Mereka berupaya agar seni ini tidak sekadar eksperimen pribadi, melainkan bisa menjadi hiburan edukatif yang mampu menarik generasi muda.
Namun, tantangan tetap ada. Mulai dari ketersediaan boneka dengan figur yang sulit dibuat, hingga keterbatasan memperkenalkan seni ini ke masyarakat luas.
“Kami sadar, ventriloquist masih baru di mata banyak orang. Tantangannya ada pada produksi boneka dan bagaimana mengajak masyarakat menonton. Tapi justru itu yang memotivasi kami agar seni ini bisa terus berkembang,” tambahnya.
Ke depan, Adryanata bercita-cita agar ventriloquist Bali tidak hanya tampil di panggung lokal, tetapi juga menembus kancah internasional.
“Ada keinginan agar pementasan bisa dilakukan di mancanegara, untuk memperkenalkan budaya Indonesia agar lebih mendunia,” ungkapnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/gnr