search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tema Perang Untek, Duta Badung Tampil Memukau di PKB 2025
Jumat, 27 Juni 2025, 17:00 WITA Follow
image

beritabali/ist/Tema Perang Untek, Duta Badung Tampil Memukau di PKB 2025.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Duta Kabupaten Badung dalam pementasan Baleganjur di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-47 tahun 2025 diwakili oleh Komunitas Seni Jong Gembyong.

Komunitas seni ini membawakan garapan tabuh bertema Perang Untek, sebuah tradisi warisan Desa Adat Kiadan, Kecamatan Petang, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Kamis (26/6). Penampilan para remaja Badung ini tampil memukau bersama duta dari Denpasar, Buleleng, serta diakhiri parade baleganjur dari Tabanan.

Tradisi Perang Untek adalah warisan budaya tak benda dari Desa Kiadan yang digelar setiap Purnama Sasih Kepitu sebagai prosesi spiritual untuk memohon keselamatan, serta rasa syukur atas anugerah alam semesta. Makna sakral ini sejalan dengan tema PKB tahun ini, Jagat Kerthi Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya).

Struktur musikal karya ini disusun dari ragam pola ritmis yang dipadukan dengan koreografi kontekstual sesuai makna ritual Perang Untek. Keunikan prosesi ini ditandai dengan 555 tumpeng dan 777 untek/penek berwarna dominan putih dan kuning, yang melambangkan arah timur dan barat.

Angka-angka simbolis ini menjadi inspirasi pola permainan ceng-ceng, reong, ponggang dan hitungan gong yang memperkuat penyampaian tema secara musikal dan koreografis.

Konseptor Baleganjur, I Gusti Ngurah Alit Supariawan, mengaku tantangan dalam membawakan cerita sakral ini menjadi pengalaman berharga.

"Kami mempersiapkan hampir enam bulan itu banyak yang menjadi cerita dalam perjalanan tetapi kami duta baleganjur siap menjadi yang terbaik," ujar Supariawan.

Ia menambahkan, pesan dalam pementasan ini adalah tradisi yang memuliakan alam semesta. Sebab di Kiadan, tradisi tersebut merupakan persembahan syukur atas limpahan rezeki.

"Dalam penampilan balaganjur ini berjumlah 29 perangkat, tukang bandrang 6 orang dan satu papan nama dengan durasi kurang lebih 17 menit," ungkapnya.

Sementara itu, Pembina Baleganjur, Putu Sugiarta, menegaskan bahwa duta Badung menonjolkan komposisi baleganjur dinamis dengan gerakan yang menggambarkan tumpeng dan untek.

"Perang untek ini sangat unik. Melalui garapan tabuh dari penampilan ini tradisi di Bali harus terus dilestarikan," imbuhnya.

Editor: Redaksi

Reporter: Diskominfo Badung



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami