search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kasus TBC di Buleleng Tertinggi Kedua di Bali
Senin, 19 Mei 2025, 19:50 WITA Follow
image

beritabali/ist/Kasus TBC di Buleleng Tertinggi Kedua di Bali.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Buleleng menempati peringkat kedua penyumbang kasus Tuberkulosis (TBC) terbanyak di Provinsi Bali. Ironisnya, sebagian besar kasus terjadi pada usia produktif, mulai dari 14 hingga 45 tahun.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bali, jumlah kasus TBC di Buleleng tercatat mencapai 230 orang. Sementara itu, posisi pertama masih ditempati Denpasar dengan 452 kasus.

Direktur RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha pada Senin (19/5) mengakui, angka pasien TBC di wilayahnya mengalami peningkatan setiap tahun. Bahkan, pasien yang menjalani rawat inap di RSUD Buleleng sebagian besar datang dalam kondisi gejala sedang hingga berat, serta terkomplikasi penyakit lain seperti diabetes dan HIV.

"Ruang TB paru di RSUD Buleleng selalu penuh, bahkan cenderung meningkat. Mereka TBC murni kemudian diperparah karena terkena diabetes dan HIV dan batuk berdarah," ungkap dr Arya.

Menurut dr Arya, meningkatnya kasus TBC di Buleleng dipicu rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kondisi ini membuat penyakit menular tersebut mudah menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, hingga sekolah.

"Kakek dan neneknya kena TBC. Kemudian tidak menerapkan pola hidup bersih, sehingga menular ke anak cucunya. Anak-anak yang terkena TBC memang belum menunjukan gejala, tapi di dalamnya sudah terinfeksi," jelasnya.

Selain faktor kebersihan, dr Arya juga menyebut rendahnya kedisiplinan pasien dalam menjalani pengobatan menjadi salah satu kendala. Idealnya, pengobatan TBC berlangsung selama enam bulan penuh, namun banyak pasien hanya bertahan dua bulan karena khawatir efek samping obat.

"Pasien cenderung berpikir obat itu justru akan mencelakai dia. Padahal obat TBC hanya ada satu dan harus rutin dikonsumsi selama enam bulan. Jadi memang harus ada komitmen dari pasien itu sendiri untuk disiplin menjalani pengobatan sampai tuntas," ujarnya.

Saat ini, pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan RI tengah melakukan uji klinik fase 3 vaksin TBC, bekerja sama dengan sejumlah institusi terkemuka di Indonesia. dr Arya berharap, keberadaan vaksin ini nantinya bisa diterima baik oleh masyarakat untuk menekan angka kasus TBC di Indonesia, khususnya di Buleleng.

"Vaksin ini diberikan kepada orang yang sehat. Agar terlindungi walaupun kontak erat dengan pasien yang mengidap TBC. Kita harus peduli, karena kasus TBC ini cukup tinggi di Indonesia," tandasnya.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rat



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami