search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Makna Barong pada Galungan
Selasa, 31 Oktober 2017, 08:00 WITA Follow
image

ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Barong identik dengan perayaan Galungan dan Kuningan. Barong sering dipentaskan dalam bentuk kegiatan ngelawang. Apa makna barong bagi perayaan Galungan dan Kuningan?
 
Thomas A Reuter dalam bukunya Custodians of The Sacred Mountains menjelaskan bahwa perjalanan ngelawang merupakan sebuah paradigma simbolis dan ritual yang menyatakan hubungan antar pura, tidak hanya pada daerah pegunungan saja namun juga dimaknai sama oleh banyak bagian Bali. 
 
[pilihan-redaksi]
Kunjungan-kunjungan yang diartikulasikan sebagai perjalanan barong pada umumnya cenderung jatuh pada periode Galungan, sebagai suatu masa mengunjungi kerabat di Bali. Memang, pada Galungan, orang biasanya akan kembali ke rumah asal usul mereka untuk mengunjungi bapak ibu atau nenek kakek dan memberikan penghormatan kepada leluhur yang diabadikan di dalam pura asal usul nenek moyang mereka (sanggah kemulan). 
 
Sementara, barong dalam Hari Raya Galungan dan Kuningan juga mengartikan hal yang sama. 
 
Apabila seorang dewa telah masuk ke dalam topeng barong suci biasanya disebut dengan Ratu Alit Tapakan Barong, yakni "Tuhan Kecil dengan Tunggakan Barong" suatu pertanda bahwa dewa ini agak muda. Gelar itru menandakan sebuah gagasan umum bahwa kaum muda harus berkunjung kepada senior mereka, demikian pula sebaliknya. 
 
Orientasi perjalanan digambarkan dengan barong yang cenderung melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi puncak bukit yang suci (kaja) dari pada berjalan menuruni bukit (kelod). Orientasi ke atas dari pola berkunjung ini dapat pula menjelaskan kenapa jauh lebih sedikit jumlah barong di pegunungan dibandingkan dengan Bali Selatan. 
 
Gunung-gunung dan tempat-tempat sucinya diasosiasikan dengan para leluhur yang harus dikunjungi orang pada waktu-waktu tertentu, persis sebagaimana orang harus mengunjungi kerabat yang lebih tua dan masih hidup. [wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami