search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi Sakral Jimbaran, Patangian ke Pura Uluwatu
Rabu, 14 Mei 2025, 08:54 WITA Follow
image

beritabali/ist/Tradisi Sakral Jimbaran, Patangian ke Pura Uluwatu.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Puluhan ribu umat Hindu dari Jimbaran tumpah ruah ke jalan untuk mengikuti prosesi sakral Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran menuju Pura Luhur Uluwatu, Sabtu (11/5).

Upacara yang penuh makna spiritual ini merupakan tradisi turun-temurun yang hanya dilaksanakan saat Ida Sesuunan "matangi" atau bangkit dari masa masimpen. Peristiwa spiritual ini diyakini sebagai pertanda kebangkitan Ida Betara dari kondisi diam menuju payogan di Pura Ulun Swi.

"Meru di Pura Ulun Swi menghadap ke Timur, sama seperti meru di Pura Luhur Uluwatu. Maka umat yang sembahyang menghadap ke Barat, dan hal ini menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan upacara, mencerminkan hubungan spiritual antara kedua pura tersebut,” jelas Wakil Ketua Panitia Patangian, I Wayan Eka Santa Purwita.

Prosesi mapinton dimulai pukul 06.30 WITA dari Jimbaran menuju Desa Pecatu, dengan pemberhentian di Pura Parerepan. Sekitar pukul 15.00, iring-iringan tiba di Pura Luhur Uluwatu untuk melaksanakan upacara nunas pasupatian dan mapinton. Malam harinya digelar madatengan, masembaran, dan pementasan Calonarang sebagai bagian dari ritual sakral.

Ketua Panitia, I Nyoman Sudana, menyebut pihaknya telah mengantisipasi potensi kemacetan dengan berkoordinasi bersama desa adat, aparat, hingga perusahaan di Kuta Selatan.

"Selain pelestarian budaya, ini juga menjadi ajang memperkenalkan tradisi sakral dan besar ke mancanegara. Wisatawan yang berada di Jimbaran juga menunjukkan antusiasme tinggi, bahkan beberapa ikut langsung dalam prosesi," ujarnya.

Ada kisah menarik dari para tetua bahwa dulu pernah mencoba membawa Ida Sesuunan menggunakan kendaraan, namun kendaraan itu tidak bisa bergerak. Sejak saat itu, masyarakat kembali teguh menjalankan tradisi berjalan kaki sebagai wujud bakti dan kesetiaan terhadap leluhur.

Ritual Patangian Ida Betara Sesuunan Dewa Ayu Jimbaran ini tidak hanya menjadi prosesi spiritual, tetapi juga simbol keharmonisan manusia, alam, dan Tuhan dalam konsep Tri Hita Karana. Antusiasme luar biasa dari umat pun menjadi bukti hidupnya warisan budaya Bali di hati masyarakat.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami