Opini

Gema Perdamaian, Ekspresi Damai dari Bali untuk Dunia

 Jumat, 22 September 2023, 10:52 WITA

beritabali/ist/Gema Perdamaian, Ekspresi Damai dari Bali untuk Dunia.

IKUTI BERITABALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Beritabali.com, Denpasar. 

Kedamaian adalah kebutuhan mutlak setiap manusia. Naluri setiap manusia yang normal pasti ingin hidup selalu dalam keadaan damai, tenteram, nyaman, aman dan jauh dari kekerasan.  

Namun demikian, tidak semua manusia menyadari nalurinya. Sekelompok manusia cenderung ingin meniadakan yang lain. Sekelompok manusia, sadar atau tidak, seringkali dan suka mengumbar kebencian dan melakukan kekerasan terhadap sesama manusia. Ini memang sikap dan perilaku primitif, tetapi toh masih sering kita temukan di jaman digital yang  serba canggih ini. 

Gerakan sekelompok anak bangsa di Bali untuk menggemakan rasa damai yang kemudian dikenal dengan Gema Perdamaian (disingkat GP) tak terasa kini sudah memasuki usia 21 tahun. Gerakan ini bermula dari suasana keprihatinan paska teror Bom yang mengguncang dan memporakporandakan Bali pada 2002 lampau. 

Sekelompok anak bangsa yang peduli Bali berkumpul guna merajut kembali rasa damai yang sempat terkoyak oleh ulah segelintir manusia biadab yang tak berperikemanusiaan menyebarkan teror yang berujung pada tragedi kemanusiaan Bom Bali. 

Mereka (para perintis GP) lalu berkumpul guna merumuskan sebuah gerakan untuk membangkitkan naluri kemanusiaan akan betapa pentingnya rasa damai. Mereka berprinsip bahwa semua insan harus disadarkan bahwa semua pihak harus mengupayakan damai karena damai adalah panggung bagi perhelatan peradaban dan budaya. 

Tanpa rasa damai dan suasana damai maka peradaban akan tak akan maju atau terkebelakang. Kata damai harus menjadi prioritas yg mengemuka pada pikiran semua insan atau damai menjadi top of mind dari hal-hal lainnya. Gerakan ini dikampanyekan dengan slogan; Damai itu Indah, Damai itu Upaya.

Kehidupan terasa sesak dengan tiadanya rasa damai. Dimana-mana dunia diwarnai oleh  pertentangan, perpecahan, kebencian, perkelahian, terlebih lagi tahun ini memasuki tahun politik menjelang Pemilu 2024.  Demokratisasi yang kita harapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, namun realitanya saat ini masih berada pada tataran euphoria dan yang mengemuka justru perseteruan yang tiada habisnya antar kelompok masyarakat.

Peradaban dunia saat ini berjalan didominasi oleh ego yang dibenarkan oleh arogansi rasionalitas dalam segala wujudnya. Manakala kita hening dan berusaha mendamaikan diri, hati nurani dengan halus dan penuh kasih membisikkan bahwa bukan ini yang sebenarnya yang ingin kita ciptakan dan yang ingin kita cari. 


Halaman :




Tonton Juga :






Hasil Polling Calon Walikota Denpasar 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending