Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Prostitusi di Bali Utara [1], Mau "Ayam Kampus" atau Gadis SMA ?

Rabu, 26 Juli 2017, 13:05 WITA Follow
Beritabali.com

Beritabali.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Keberadaan "ayam kampus" (gadis kuliahan) dan "ayam" abu-abu (gadis SMA) di Buleleng bukan isapan jempol semata. Namun menyusuri keberadaan mereka ini sangat sulit. Transaksi untuk mendapatkan ‘ayam’ kampus dan ‘ayam’ abu-abu harus melalui perantara atau pihak ketiga. Inipun sangat berhati-hati sekali.

"Ayam kampus" maupun "abu-abu" ini juga sangat selektif untuk memilih orang yang akan diajak berkencan. Menurut seorang pelakunya, Lia (bukan nama sebenarnya), seorang mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi di Singaraja, mengaku tidak sembarangan untuk menerima order kencan. 

“Suka tidak suka, mau tidak mau, saya harus selektif dong, ini menyangkut privasi saya, memang saya perlu uang untuk hidup,” ujarnya, kepada tim investigasi Klik Singaraja (Berita Bali Network).

Lia melakoni pekerjaan sampingan sebagai cewek "bookingan" sudah hampir dua tahun lebih. Awalnya gadis cantik bertubuh mungil itu melakoninya karena kepepet, memerlukan uang untuk membayar kuliah setelah kedua orang tuanya bercerai. Untuk bertahan hidup dan mengejar cita-cita itu semua dilakukannya.

“Semua itu saat orang tua saya cerai, kemudian saya bingung dan putus asa untuk mencari biaya kuliah dan biaya hidup, bapak saya kawin lagi, juga ibu saya, mau tidak mau ya sudah ini terpaksa saya lakoni,” ungkap Lia.

Lain halnya dengan Siska (bukan nama sebenarnya), mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Singaraja. Akibat pergaulan bebas yang dilakukan sejak masih duduk di SMA dulu, dirinya menjadi ketagihan untuk melakukan hubungan intim.

“Wow, ini yang saya suka, jujur saya kepingin terus menikmati hal-hal seperti itu, saya cerai setahun lalu dengan suami saya, mau tidak mau ya saya harus survive dong untuk mencari uang pakai biaya kuliah,” ujar Siska yang kuliah sambil bekerja di sebuah swalayan.

Baik Lia maupun Siska tidak terlalu vulgar untuk “menjajakan” dirinya melalui media sosial, namun secara khusus Lia dan Siska telah memiliki jaringan dalam memberikan layanan esek-esek yang terselubung termasuk melakukan transaksi secara silent.

Hal berbeda justru dilakukan Dewi, bukan nama sebenarnya, dalam aksi esek-eseknya itu memanfaatkan sejumlah medsos, hanya saja keduanya tidak mengunakan akun asli, bahkan keduanya mengaku kerap melayani para hidung belang tingkat atas, termasuk diakui ada beberapa dosennya juga yang sempat diberikan layanan esek-esek.

“Ya, pernah juga sih, ada dosen juga, tapi itu biasa saja, ya kalau di kampus kita cuek saja, memang kadang ya gitu, kalau mau nilai yang bagus, ya minta itu juga, tapi jarang sih, ya mau apalagi,” ungkap Dewi sambil tertawa.

Tarif untuk ayam ‘kampus’ di Singaraja, biasanya mereka mematok antara 300 – 600 ribu rupiah bila tidak bermalam, namun kalau ingin bermalam tarif yang diberikan juga ikut melambung apalagi kalau melalui perantara atau orang ketiga.

Ayam ‘kampus’ memang sedikit mudah untuk didapatkan. Lain halnya dengan ayam ‘abu-abu’ atau gadis SMA. Selain sedikit dan sangat terselubung, mendapatkan anak SMA ini juga harus melalui kenalannya atau orang yang pernah mengajaknya berkencan.

GS, seorang pemuda di Kota Singaraja memiliki beberapa jaringan ayam ‘abu-abu’ ini, bahkan dari ponselnya memperlihatkan lima anak SMA yang siap memberikan pelayanan di ranjang tersebut.

“Kalau mau, nanti saya ketemukan sore, ini ada lima orang yang bisa diajak kencan untuk hari ini dan kalau oke bayar DP (uang muka) dulu, biar nanti saya mudsah menghubunginya, tinggal pilih saja semuanya oke-oke, tapi nggak bermalam,” ujar GS sambil memperlihatkan lima ABG dari ponselnya.

Transaksi berlanjut hingga saling tukar nomor ponsel dengan GS, namun belum memastikan untuk memilih yang akan diajak berkencan, demikian juga dengan tarif belum ada kesepakatan, sebab kelima 'ayam abu-abu’ itu masih berada di sekolah.

Sebuah pesan singkat pada medsos masuk dari GS yang menyebutkan satu dari lima ayam ‘abu-abu’ itu sudah siap "dieksekusi". Tarif yang diberikan mulai dari satu juta hingga dilakukan penawaran dan tarif terakhir disepakati sebesar 600 ribu rupiah. (bersambung).

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami