Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Bukan Dulang, Tradisi Peed di Bedulu Kini Gunakan Kemben, Ini Makna Simbolnya

Sabtu, 11 Oktober 2025, 15:38 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali/ist/Bukan Dulang, Tradisi Peed di Bedulu Kini Gunakan Kemben, Ini Makna Simbolnya.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Lima banjar di Desa Adat Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, mulai menerapkan tradisi peed dengan memanfaatkan kemben sebagai alas banten.

Inovasi ini menjadi terobosan baru dalam pelaksanaan tradisi keagamaan, karena dinilai lebih praktis, ringan, dan tetap menjaga nilai estetika serta makna yadnya yang tulus ikhlas.

Pemanfaatan kemben atau sokasi berbahan fiber ini dihias dengan aneka buah, bunga, serta rangkaian janur yang ditata dengan sentuhan seni tinggi. Berbeda dengan peed pada umumnya yang menggunakan dulang sebagai media banten, peed dengan kemben tidak perlu menjulang tinggi. Biasanya, banten peed dengan dulang bisa mencapai lebih dari satu meter dan memerlukan banyak buah serta jajanan.

Sebaliknya, peed dengan kemben hanya membutuhkan beberapa buah dan jajanan, namun memperbanyak unsur bunga sebagai hiasan utama. Hasilnya, tampilan banten menjadi lebih indah dan anggun. Tinggi banten peed dengan kemben rata-rata hanya sekitar 50 sentimeter, dengan dominasi hiasan janur di bagian atasnya.

Bendesa Adat Bedulu, I Gusti Ngurah Susatya Putra, menjelaskan bahwa tradisi peed dengan kemben ini merupakan hasil kreativitas Paiketan Krama Istri (Pakis) di Desa Adat Bedulu. Menurutnya, inovasi ini tidak hanya praktis, tetapi juga selaras dengan filosofi yadnya yang menekankan ketulusan dan keikhlasan.

“Intinya mayadnya tidak harus mahal dan merepotkan, tetapi esensi yadnya yang tulus ikhlas menjadi landasan utama,” ujar Bendesa Adat Bedulu yang juga menjabat sebagai Kabid di Dinas Pariwisata Gianyar.

Sementara itu, Ketua Paiketan Krama Istri Banjar Tengah, Ny. Suseni John, mengungkapkan bahwa penggunaan kemben sebagai alas banten memberikan kemudahan bagi para ibu-ibu yang mengikuti peed.

“Dengan memanfaatkan kemben, para ibu tidak merasa terbebani karena banten menjadi lebih ringan dibandingkan menggunakan dulang. Selain itu, perjalanan menuju pura juga lebih mudah karena tidak harus menyunggi beban berat,” jelasnya.

Ia menambahkan, keputusan untuk beralih menggunakan kemben sudah melalui pembahasan dalam rapat Pakis dan disepakati bersama oleh seluruh anggotanya. “Kami sepakat memanfaatkan kemben karena lebih praktis, ringan, dan tetap menjaga nilai keindahan serta makna yadnya,” tandas Ny. Suseni.

Penerapan peed dengan kemben ini mulai terlihat saat pelaksanaan piodalan di Pura Kahyangan Jagat Goa Gajah, Desa Adat Bedulu, pada Jumat sore. Ratusan krama istri dari Banjar Tengah dan Banjar Lebah tampak beriringan berjalan kaki dari balai banjar masing-masing menuju Pura Goa Gajah yang berjarak sekitar satu kilometer.

Dalam iring-iringan tersebut, para krama istri terlihat tertib dan khusyuk menyunggi banten dengan kostum adat yang rapi, dikawal oleh pecalang serta pengayah desa adat. Kehadiran ratusan peserta peed sempat membuat arus lalu lintas di sekitar lokasi melambat, namun situasi segera normal berkat kesigapan petugas kepolisian dari Polsek Blahbatuh.

Tradisi peed dengan memanfaatkan kemben ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi banjar-banjar lain di Bali, terutama dalam mewujudkan yadnya yang sederhana namun tetap sarat makna spiritual dan nilai estetika budaya Bali.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami