Hotel di Bali Mulai Jualan Energi Hijau di Tengah Krisis Iklim
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Di tengah krisis iklim yang memicu bencana seperti banjir di Bali beberapa waktu lalu, industri pariwisata mulai merefleksi diri.
Kesadaran baru muncul bahwa menjual energi hijau bukan hanya cara mengurangi emisi, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan mancanegara.
"Sekarang jualan kamar yang bagus dan nyaman di hotel satu dan lainnya rata-rata sama saja kan, tapi yang sudah pakai energi hijau (solar cell) turis-turis asing jadi lebih berminat," ungkap Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Perry Markus, saat jadi narasumber pelatihan jurnalis yang diadakan Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, Selasa (30/9/2025).
Menurutnya, Bali sebagai destinasi global kini menghadapi tantangan lingkungan serius, seperti banjir, cuaca ekstrem, dan krisis air yang juga berdampak langsung pada hotel dan restoran.
"Energi bersih dapat menjadi solusi mitigasi sekaligus branding pariwisata hijau," sebutnya.
Ia menegaskan, penggunaan energi fosil mempercepat pemanasan global yang memperburuk krisis iklim. Karena itu, transisi menuju energi bersih menjadi langkah penting agar Bali mampu menghadapi dampak perubahan iklim.
Selain itu, terjadi pula pergeseran preferensi wisatawan. Jika dulu turis lebih mengutamakan liburan mewah, kini mereka mencari pengalaman berkelanjutan. Hotel ramah lingkungan, penerapan zero waste, renewable energy, hingga kontribusi pada masyarakat lokal dan konservasi menjadi nilai jual baru.
"Ini jualannya mahal," imbuhnya.
Dengan memoles citra Bali sebagai destinasi hijau, peluang menarik wisatawan Eropa, Jepang, dan Australia akan semakin besar. Narasi branding yang dulu dikenal sebagai Island of Gods bisa diperluas menjadi “Island of Green Harmony”.
Perry juga mendorong anggota PHRI Bali melakukan audit risiko iklim untuk mengantisipasi dampak banjir, krisis air, dan cuaca ekstrem. Investasi pada manajemen air seperti rainwater harvesting, teknologi hemat air, serta perlindungan area resapan disebut penting dilakukan.
Tak kalah penting, ia juga menekankan perlunya protokol darurat menghadapi banjir dan cuaca ekstrem agar operasional hotel tetap terjaga. "Kemarin kita tidak antisipasi kejadian banjir yang begitu besar, jadi mitigasinya belum siap," pungkasnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/tim
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
