Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comRoad to SFF 2025: Pemuda ASEAN Ubah Limbah Pakaian Jadi Gerakan Sosial di Bali
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Sustainable Fashion Festival (SFF) 2025 tak sekadar gelaran mode ramah lingkungan. Lewat program “Road to SFF 2025”, dua inisiator muda, Rekynd dan TRI Cycle, bersama puluhan pemuda ASEAN, turun langsung ke lapangan untuk mengubah limbah pakaian menjadi gerakan sosial yang inspiratif.
Tak menunggu panggung utama festival, rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak 28 Juli dengan kunjungan edukatif ke SMPN 5 Abiansemal, Badung, serta bazar amal pakaian bekas di Sungai Watch Community Center, Tabanan, pada 29 Juli.
Di SMPN 5 Abiansemal, 1.050 pelajar dikenalkan pada konsep sustainable fashion, dari memahami bahan kain yang ramah lingkungan, cara memilah limbah tekstil, hingga praktik langsung upcycling atau membuat gantungan kunci dari pakaian bekas.
Kegiatan ini dipandu oleh para youth volunteers dari 10 negara ASEAN, yang juga belajar langsung berinteraksi lintas budaya dengan siswa Bali.
“Meski sempat terkendala bahasa, mereka justru menghasilkan karya melebihi ekspektasi. Ini bukti bahwa kreativitas dan kesadaran bisa tumbuh sejak dini,” ujar salah satu panitia dari Rekynd, Selasa (29/7/2025) di Denpasar.
Keesokan harinya, semangat berlanjut di bazar amal Sungai Watch, Beraban, tempat pakaian layak pakai dijual dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
“Pakaian bekas bukan barang buangan. Ia punya nilai, punya cerita, dan bisa menyentuh hidup orang lain,” ucap Lucia Mira, Co-Founder Rekynd.
Tak hanya soal penjualan, kegiatan ini juga menyampaikan pesan penting: akses terhadap pakaian yang layak adalah bagian dari keadilan sosial dan langkah konkret mengurangi limbah mode yang terus menggunung. Apalagi, limbah tekstil dikenal sebagai salah satu jenis sampah yang sulit terurai.
“Daripada berakhir di TPA, lebih baik diberikan kepada yang membutuhkan,” tambah Lucia.
Bazar ini melibatkan 10 youth volunteer yang terlibat dari awal hingga akhir—mulai dari menyortir, menata pakaian, hingga menjangkau warga sekitar.
Dukungan juga datang dari Sungai Watch, yang fokus menjaga kebersihan sungai, dan TUKR, mitra energi terbarukan yang mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar ramah lingkungan.
“Kami senang bisa bertemu langsung warga lokal dan memperkenalkan TUKR lebih luas,” ujar Azin dari TUKR.
Menurut I Nyoman Mudita (Pak Man), tokoh komunitas Sungai Watch, kegiatan ini memberikan pemahaman baru soal limbah fesyen.
“Banyak yang belum sadar, kalau pakaian itu bisa jadi pencemar lingkungan juga. Jadi penting ada edukasi seperti ini,” ujarnya.
Wulan, salah satu pengunjung bazar, awalnya hanya sekadar datang melihat-lihat. Tapi ia pulang dengan beberapa kantong pakaian.
“Murah, tapi kualitasnya masih bagus. Saya senang bisa belanja sekaligus membantu,” katanya.
Seluruh hasil penjualan bazar disalurkan kembali untuk mendukung program keberlanjutan dan inisiatif sosial Rekynd dan TRI Cycle.
Road to SFF 2025 bukan hanya tentang mengkampanyekan fesyen berkelanjutan. Ini adalah manifestasi kolaborasi lintas bangsa, generasi, dan sektor untuk dunia yang lebih adil dan ramah lingkungan.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/aga
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
