Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Scared Of Bums Comeback, “Before It Burns” Panaskan Skena Punk Bali

Sabtu, 1 November 2025, 21:57 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali/ist/Scared Of Bums Comeback, Before It Burns Panaskan Skena Punk Bali.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Setelah tujuh tahun tidak merilis album, unit punk rock asal Denpasar Scared Of Bums (SOB) kembali menyapa publik dengan energi baru melalui acara bertajuk “Before It Burns.”

Perhelatan ini menjadi penanda kebangkitan SOB sekaligus pembuka jalan menuju perilisan album terbaru mereka yang telah lama ditunggu para penggemarnya.

Lebih dari sekadar panggung musik, acara ini dirancang sebagai ruang intim untuk merayakan perjalanan SOB serta memperdengarkan delapan materi baru yang akan menjadi fondasi album keempat mereka.

“Sudah lama kami tidak bikin acara sendiri, dan orang-orang masih terpaku di dua album terakhir. Sekarang saatnya bergerak maju lagi,” ujar Eka Janantha “Bo-Care,” vokalis sekaligus gitaris SOB.

Nova Fuxnbumz menambahkan bahwa konsep “bocoran” lagu menjadi bagian dari kedekatan SOB dengan pendengarnya.

“Dulu album pertama sempat bocor ke warnet, tapi dari situ banyak orang kenal SOB. Kali ini kami sengaja kasih bocoran lebih dulu, biar yang datang jadi saksi pertama,” ungkapnya sambil tertawa.

Judul Before It Burns memuat dua makna. Selain merujuk pada proses duplikasi karya sebelum dirilis, istilah “burn” juga menjadi simbol momen ketika karya benar-benar menyala dan menyentuh publik.

“Sebelum karya ini benar-benar menyala dan dirilis ke publik. Konsep Pesta Sesi Dengar muncul dari keinginan untuk bikin sesuatu yang lebih intim. Bukan sekadar tampil di panggung, tapi menciptakan ruang yang dekat, ngobrol, ngerokok, dan mendengarkan bareng,” jelas mereka.

Dari delapan lagu yang diperkenalkan, SOB masih menampilkan karakter punk yang keras dan meledak-ledak. Namun, sentuhan personal lebih terasa, membawa dimensi emosional baru dalam karya mereka.

“Tema besar album ini tetap tentang amarah, tapi bukan marah yang kosong. Ada kecewa, ada sedih, dan semua itu jadi bahan bakar untuk terus jalan,” kata Eka Paramatha “Poglak” (gitar).

Secara musikal, SOB hadir lebih dinamis dengan berbagai eksperimen nada tanpa meninggalkan identitas khas mereka.
“Kami ubah beberapa nada dasar, menambah referensi baru, tapi tetap menjaga beat dan rasa yang khas SOB,” sambung Nova.

Dalam proses kreatif album barunya, SOB menggandeng sejumlah musisi dan kreator lokal. Utha Kusuma Widhiana terlibat sebagai music director untuk beberapa lagu.

“Utha bantu kami melihat SOB dari sisi yang lebih segar,” tutur Bo-Care.

Kolaborasi juga merambah ke ranah lirik dan melodi bersama Man Angga dan Guna Kupit dari Nostress, yang memberi sentuhan baru pada salah satu lagu.

“Setiap album SOB lahir dari benturan. Kami sering berdebat, tapi itu bagian dari perjalanan. Dari situ justru muncul kehangatan lagi. Kami sadar, SOB bukan cuma band. Ini keluarga," pungkasnya.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami