Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Jawa-Bali Catat Angka Tertinggi Kehamilan Tak Diinginkan di Indonesia

Rabu, 29 Oktober 2025, 17:19 WITA Follow
Beritabali.com

bbn/ilustrasi/net/Jawa-Bali Catat Angka Tertinggi Kehamilan Tak Diinginkan di Indonesia.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Wilayah Jawa-Bali tercatat menjadi penyumbang tertinggi kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebanyak 59,9 persen dari total KTD nasional berasal dari kawasan ini.

Peneliti BRIN, Yuly Astuti, menjelaskan bahwa fenomena kehamilan tidak diinginkan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia ibu, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah anak, penggunaan alat kontrasepsi (KB), hingga akses informasi terkait KB.

“Faktor yang berpengaruh antara lain usia ibu, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah anak, penggunaan KB, akses informasi KB, tempat tinggal, dan kepemilikan asuransi kesehatan,” ujar Yuly dalam Workshop Penulisan Buku “Indonesian Family Planning Perspective from the 2021 Family Enumeration Survey” di BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Senin (27/10).

Dari hasil survei, tercatat 10,7 persen kehamilan di Indonesia merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, ketimpangan terlihat cukup signifikan antara wilayah Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali, dengan wilayah Jawa-Bali menjadi penyumbang tertinggi.

Melihat kondisi tersebut, tim peneliti BRIN memberikan tiga rekomendasi strategis untuk menekan angka KTD di Indonesia.

“Rekomendasi kami yaitu perluasan akses dan kualitas informasi KB, peningkatan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dan sosialisasi KB yang sensitif budaya,” kata Yuly.

Ia menegaskan, kehamilan yang tidak diinginkan seringkali berisiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan anak. Kondisi ini dapat memicu komplikasi kehamilan, persalinan berisiko, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian ibu dan bayi.

“Dengan masih tingginya angka KTD, upaya bersama dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dinilai mendesak untuk menekan angka kehamilan tidak diinginkan dan meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan Indonesia,” pungkasnya.

Temuan ini sekaligus menjadi peringatan penting bagi daerah-daerah di Jawa-Bali, termasuk Bali, untuk memperkuat edukasi keluarga berencana serta memastikan layanan kesehatan reproduksi dapat diakses secara merata oleh semua lapisan masyarakat. (sumber: Humas BRIN)

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami