Putri Candrawathi menangis terisak saat menceritakan peristiwa pelecehan seksual yang dia klaim telah dilakukan oleh Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J saat berada di Magelang, Jawa Tengah pada 7 Juli lalu. Hal itu disampaikan Putri saat diperiksa sebagai terdakwa dalam sidang pembunuhan berencana Brigadir J di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (11/1).

Bermula saat hakim ketua Wahyu Iman Santoso menggali informasi mengenai waktu di mana Brigadir J memasuki kamar tidur Putri Candrawathi di Magelang. Saat tengah tertidur, Putri mengaku mendengar suara pintu terbuka dengan sangat keras.

"Kapan Saudara sadar Yosua masuk ke dalam kamar saudara?" tanya hakim.

"Waktu itu saya tertidur terus terdengar bunyi kayak pintu dibuka keras 'grekkk' terus saya membuka mata saya," kata Putri sembari menangis.

Putri pun tak kuasa untuk menceritakan lebih detail ihwal peristiwa pelecehan seksual tersebut. Hakim Wahyu memaklumi kondisi Putri dan meminta agar Putri tak kembali menceritakan peristiwa yang dialaminya.

"Tidak perlu diceritakan semua saya cuma mau tahu waktunya kan saudara sudah memberikan keterangan kemarin," ujar hakim.

Putri menyebut saat ia terjaga dari tidurnya, Brigadir J telah berada di dekat kakinya.

"Yosua sudah ada di dekat kaki saya," katanya.

Singkat cerita Putri tak sadarkan diri. Ia baru tersadar usai Asisten Rumah Tangga (ART) Susi membangunkannya dengan menggoyangkan kaki Putri.

"Setelah saya jatuh terduduk, saya tersadar ketika Susi memegang kaki kanan saya, dia menggoyangkan kaki saya, dia bilang 'ibu, ibu'," ucap Putri menangis terisak.

"Terus dia membuka mata saya. Saya menangis, lalu Susi berteriak 'Om Kuat tolong ibu'," imbuhnya.

Kuat Ma'ruf bergegas naik ke lantai dua menuju ke tempat Putri berada. Kuat memegang kaki Putri dan membopongnya bersama Susi ke dalam kamar.

"Lalu Susi menggosokkan kaki saya dengan minyak, dan menyelimuti saya, sambil menangis," kata Putri.

Setelahnya, Kuat memerintah Susi untuk mengunci pintu rumah Magelang. Kuat kemudian turun ke lantai bawah dan terdengar keributan.

"Suara Kuat agak keras ribut-ribut?" tanya hakim.

"Iya," jawab Putri.

Tak lama suara keributan menghilang, Kuat kembali naik ke kamar Putri. Di sana, Putri menanyakan keberadaan Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dan Ricky Rizal atau Bripka RR.

Namun, saat itu Bharada E dan Bripka RR sedang berada di sekolah anak Putri di Taruna Nusantara.

Putri lantas meminta agar Kuat dan Susi menghubungi keduanya untuk segera bertolak ke rumah Magelang. Kendati demikian, Kuat dan Susi saat itu sedang tak memegang ponsel.

"Lalu Susi saya minta tolong mencarikan HP saya, lalu saya minta tolong Kuat untuk menelepon Ricky dan Richard waktu itu," pungkas Putri.

Putri Candrawathi didakwa melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Tindak pidana itu dilakukan bersama-sama dengan Ferdy Sambo, Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Ma'ruf. Mereka didakwa melanggar Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Pembunuhan terhadap Brigadir J terjadi pada Jumat, 8 Juli 2022 di rumah dinas Sambo nomor 46 yang terletak di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Dalam surat dakwaan, Bharada E dan Sambo disebut menembak Brigadir J.

Latar belakang pembunuhan diduga karena Putri telah dilecehkan Brigadir J saat berada di Magelang, Jawa Tengah pada Kamis, 7 Juli 2022. Namun dugaan ini telah dibantah keras oleh pihak keluarga Brigadir J.(sumber: cnnindonesia.com)