Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan

Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
116 Babi Dilaporkan Mati di Desa Bila Kubutambahan
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Kematian ternak babi di Bali hingga kini terus terjadi. Sebanyak 116 ekor babi dilaporkan mati di wilayah Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
[pilihan-redaksi]
"Kami terima laporan adanya ternak babi yg tiba-tiba mati mendadak di perusahaan PT ABS yang terletak di Banjar Dinas Kawanan, Desa Bila, Kubutambahan," ujar I Ketut Gede Nata Kesuma, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, di Denpasar (25/2/2020).
Menurut Nata Kesuma, babi mati mulai sekitar 1 minggu yang lalu dengan jumlah berkisar 2 sampai 3 ekor. Namun sekitar 3 hari yang lalu ternak babi mulai mati secara masal sampai puluhan ekor, sehingga pihak perusahaan kemudian berkordinasi dengan Dinas Peternakan Kabupaten Buleleng.
Jumlah babi yang mati di Desa Bila mencapai 116 ekor yang terdiri dari induk babi ( bangkung) (49 ekor), pejantan (6 ekor), anakan (45 ekor), growe ( babi guling) 15 ekor dan finiser ( babi siap panen) sejumlah 1 ekor.
Jumlah babi yang mati di Desa Bila ini menambah jumlah babi yang mati di Bali akibat serangan penyakit yang menjurus African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika. Sebelumnya, jumlah babi yang mati di Bali mendekati angka seribu ekor tepatnya 955 ekor tersebar di empat kabupaten, dimana angka kematian babi tertinggi terjadi di wilayah kabupaten Badung.
Terkait jumlah babi yang mati di Bali, Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Propinsi Bali mengatakan, data jumlah babi yang mati versi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali tidak sesuai dengan fakta di lapangan. GUPBI Bali menyebut jumlah babi yang mati di Bali saat ini sudah mencapai ribuan. Gubernur diminta turun tangan untuk membantu para peternak babi yang ada di Bali.
"Pemerintah sebut jumlah babi yang mati mencapai 898 ekor, tapi faktanya di lapangan sudah lebih dari itu, bisa di atas seribu ekor, dua ribu ekor, lima ribu, atau lebih, kita tidak pernah tahu angka pastinya (babi yang mati), karena peternak kecil di Bali jarang yang melaporkan kematian babinya,"ujar Ketut Hari Suyasa, Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia Propinsi Bali, di Denpasar (21/2/2020).
Terkait tindakan peternak yang membuang bangkai babi ke sungai, Ketut Hari menyebut itu sebagai bentuk rasa frustasi peternak. Selain frustasi karena banyak babinya yang mati, biaya penguburan seekor babi yang mati juga mahal.
"Biaya penguburan seekor babi yang mati mahal mencapai Rp 400 ribu per ekor. Rp 200 ribu untuk membuat lubang yang cukup dalam dan Rp 200 ribu biaya untuk mengangkut babi yang mati ke lokasi penguburan. Jadi biayanya yang dibutuhkan tidak murah. Peternak yang sudah rugi kemudian memilih untuk membuang bangkai babi ke sungai," ujarnya.
Reporter: bbn/tim
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
