search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi "Mesuryak" Antar Leluhur Kembali Ke Sorga
Sabtu, 22 Mei 2010, 15:13 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Masyarakat Desa Bongan, Kecamatan Tabanan terutama di Banjar Bongan Gede dan Bongan Pala memiliki upacara khusus dalam rangkaian hari Raya Kuningan. 

Upacara yang disebut "mesuryak" yang digelar setiap Hari Raya Kuningan ini sesungguhnya memiliki makna mengantar para leluhur kembali ke sorga dengan suka ria. Kesukariaan itu diimplementasikan dengan melemparkan uang yang kemudian direbut beramai-ramai oleh krama setempat.

Kelihan Adat Banjar Bongan Gede, I Made Wardana disela-sela melaksanakan upacara mesuryak Sabtu (22/5) mengatakan, ritual mesuryak ini sudah ada sejak dulu yang merupakan tradisi nenek moyang yang hingga kini masih dipertahankan.

Sejatinya kata Wardana tujuan digelarnya mesuryak ini adalah upacara untuk menghantarkan para leluhur kembali ke swarga loka dengan suka cita.

Upacara ini diakhiri dengan aksi mesuryak dengan memperebutkan uang yang dilempar ke udara. Sambil memperebutkan uang logam ataupun uang kertas warga mesuryak (bersorak) gembira.

Sebelumnya prosesi mesuryak diawali dengan persembahyangan di masing-masing merajan warga, kemudian di Pura Dalem dan Puseh setempat. Setelah prosesi upacara ini selesai, barulah masing-masing merajan melangsungkan tradisi mesuryak yang diawali dengan persembahyangan bersama di merajan.

Tradisi mesuryak dilalukan di depan kori (pintu gerbang) masing-masing yang dilengkapi banten dan sesajen yang bertujuan mengatarkan kembali para leluhur ke asalnya.

Yang menarik, tradisi mesuryak yang disimbulkan dengan melempar uang yang kemudian diperebutkan oleh warga setempat. Pria, wanita, tua, muda dan anak-anak saling berebut mendapatan uang. Besaran uang tidak dipatok tergantung dari tingkat perekonomian warga.

“sejatinya secara niskala mesuryak ini adalah untuk mengantarkan dewata/dwati (leluhur) kembali ke soarga loka, sedangkan secara sekala disimbulkan dengan melemparkan uang lalu diperebutkan banyak orang yang dapat diartikan melepas leluhur dengan suka cita,” pungkas Wardana. 

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami