Seksologi

Suami Tidak Sanggup Imbangi Istri di Ranjang

 Minggu, 16 Mei 2021, 12:10 WITA

foto: theasianparent/Suami Tidak Sanggup Imbangi Istri di Ranjang

IKUTI BERITABALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Beritabali.com, Denpasar. 

Tanya: “Dok, suami saya belakangan ini, sekitar dua tahun belakangan sudah tidak lagi memiliki keinginan seksual yang bagus dan sudah tidak bisa mengimbangi keinginan seks saya. Dia juga sekarang gendut sekali, mengaku sering lelah, letih dan tidak bersemangat kerja, apalagi saat pandemi ini. Umurnya 43 tahun dok dan kami sudah menikah delapan tahun dan dikaruniai dua orang anak saat ini. Sempat saya baca kalau ini juga adalah tanda menurunnya  hormon laki-laki, apa memang betul dok? Terimakasih. “ (Mila, Jogja, 33)

Jawab: Tentang hormon yang ditanyakan, bisa dipastikan itu maksudnya adalah hormon testosteron, dan testosteron memang akan menurun seiring bertambahnya usia.  Penurunan level testosteron ini biasanya ditandai dengan beberapa gejala yang mirip dengan gejala akibat proses penuaan. Jika kadar hormon ini menurun maka akan muncul keluhan dan bisa menurunkan kualitas hidup seseorang. 

Secara keseluruhan, testosteron tidak hanya dibutuhkan untuk kepentingan seksual saja, tetapi testosteron diperlukan untuk membentuk otot, tulang, darah, energi, fungsi seksual seperti ereksi dan orgasme, fungsi kecerdasan dan kenyamanan secara umum.  Dengan gejala-gejala yang timbul jika seseorang mengalami penurunan kadar testosteron  adalah meningkatnya lemak di perut sehingga akan terlihat perut membuncit, rambut yang mulai berkurang sehingga mengalami kebotakan, fungsi seksual yang menurun dengan tanda menurunnya dorongan seksual, tidak maksimalnya ereksi dan tidak merasakan orgasme yang baik lagi. Juga ada keluhan umum seperti gangguan tidur dan suasana hati serta penurunan rasa kenyamanan seperti lelah, depresi, bingung dan berkeringat di malam hari.

Jika melihat adanya serangkaian keluhan tersebut maka perlu dipastikan kemudian antara  tanda penurunan testosteron ini dengan pemeriksaan fisik yang lebih cermat oleh seorang dokter yang paham kesehatan seksual dan pengobatan hormon untuk selanjutnya dikonfirmasi  juga dengan pemeriksaan laboratorium seperlunya.  Perlu dicatat bahwa obesitas atau kegemukan dapat juga menjadi penyebab testosteron rendah. Dalam kasus obesitas, jumlah sel-sel lemak dalam jumlah besar meningkatkan proses perubahan testosteron ke hormon lain sehingga menyebabkan kadar testosteron menjadi rendah. Kegemukan dan proses penuaan ini yang menjadi penyebab terbanyak penurunan testosteron saat ini.

Secara lebih sederhana, untuk mengetahui apakah seseorang mengalami  penurunan testosteron atau tidak, bisa dilakukan deteksi awal dengan cara menjawab pertanyaan berikut ini:

1. Apakah libido dan dorongan seksual menurun akhir-akhir ini?
2. Apakah merasa lemas dan kurang bertenaga?
3. Apakah daya tahan dan kekuatan fisik menurun?
4. Apakah tinggi badan berkurang?
5. Apakah merasa kenikmatan hidup mulai menurun?
6. Apakah sering merasa kesal atau mudah marah?
7. Apakah kekuatan ereksi kurang kuat?
8. Apakah merasakan penurunan kemampuan dalam berolahraga?
9. Apakah sering mengantuk dan tertidur setelah makan malam?
10. Apakah merasakan adanya perubahan atau penurunan prestasi kerja?

Jika jawaban no 1 dan 7 adalah 'ya' atau ada 3 jawaban yang 'ya' selain pada nomer  tersebut, kemungkinan kadar testosteronnya menurun. Tapi hal ini harus dicek lagi dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium.  

Selanjutnya untuk mengatasi semua kelhal ini, saat ini bisa dilakukan dengan lebih efektif dan cepat dengan cara melakukan testosteron replacement theraphy, yaitu sejenis terapi dengan cara memberikan hormon testosteron yang fungsinya sama dengan testosteron alami di dalam tubuh. Terapi testosteron ini ada dalam bentuk pil atau gel untuk jangka pendek, dan ada juga melalui injeksi untuk jangka lebih panjang. Pengobatan ini berlangsung jangka panjang, sehingga harus terus dimonitor agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya. 

Pemberian testosteron ini sesungguhnya tidak hanya meningkatkan fungsi seksual saja, tapi juga semua aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup, aktifitas sehari-hari menjadi lebih semangat dan bergairah, hidup menjadi nyaman dan komposisi tubuh menjadi sehat dan bugar kembali. Tentu saja perlu didukung dengan pola hidup sehat, makan yang berimbang, olahraga yang cukup dan hindari stres.
 
 

Penulis : bbn/oka




Tonton Juga :



Konten berbayar berikut dibuat dan disajikan pengiklan. Wartawan Beritabali.com Network tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.



Hasil Polling Calon Gubernur Bali 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending