Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comUtang Jerman Meledak, Sanksi ke Rusia Jadi Senjata Makan Tuan
BERITABALI.COM, DUNIA.
Utang negara Jerman mengalami lonjakan tajam. Hal ini terjadi setelah negara itu dihantam pandemi Covid-19 dan juga dampak dari perang Rusia-Ukraina.
Mengutip Al Mayadeen, Rabu (23/8/2023), Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner berjanji untuk menangani utang publik negara setelah naik menjadi 66 persen-67 persen dari PDB. Ini melampaui nilai referensi utang terhadap PDB di Uni Eropa (UE) sebesar 60 persen.
"Beban utang kita mencapai 66 persen-67 persen dari PDB. Itu mencapai 59 persen sebelum pandemi. Tapi saya berjanji bahwa tujuan saya adalah membawa kita kembali ke level sebelum krisis 59 persen-60 persen saat saya masih menjabat," katanya.
Pada akhir 2022, utang Pemerintah Jerman menembus angka 2,4 triliun euro. Peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh biaya pandemi dan krisis energi.
Kantor Statistik Federal (Destatis) mengatakan pada Maret lalu bahwa utang anggaran publik ke sektor non-publik meningkat sebesar 46,1 miliar euro, yang merupakan peningkatan 2 persen dibandingkan 2021.
Menurut perkiraan Lindner dari Februari, pemerintah federal sekarang menghabiskan 40 miliar euro per tahun untuk pembayaran utang. Ini naik dari 4 miliar euro pada 2021.
Sanksi yang seharusnya menjadi pukulan mematikan bagi ekonomi Rusia telah berubah menjadi mimpi buruk bagi Jerman, ekonomi terbesar di Eropa. Pekan lalu, Kementerian Ekonomi mengatakan kepada Reuters bahwa pemulihan ekonomi Jerman yang berkelanjutan tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
"Di dalam negeri, pemulihan hati-hati yang diharapkan dalam konsumsi swasta, jasa dan investasi menunjukkan tanda-tanda harapan pertama, yang kemungkinan akan menguat seiring berjalannya tahun," kata kementerian dalam laporan bulanannya.
"Pada saat yang sama, permintaan eksternal yang masih lemah, ketidakpastian geopolitik yang terus berlanjut, tingkat kenaikan harga yang masih tinggi dan efek pengetatan moneter yang semakin nyata menghambat pemulihan ekonomi yang lebih kuat."(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
