News

Terdapat 4 Alasan Penyebab Kemunculan Tukang Suun Anak di Pasar Badung

 Rabu, 01 Mei 2019, 12:30 WITA

ilustrasi/Balisruti.or.id

IKUTI BERITABALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Beritabali.com, Denpasar. 

Beritabali.com, Denpasar. Terdapat 4 alasan yang menjadi penyebab kemunculan tukang sun anak di Pasar Badung. Keempat alasan tersebut yaitu kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan orangtua, keinginan individual, dan rendahnya pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap upaya meminimalisasi pekerja anak.

[pilihan-redaksi]
Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Tukang Suun Anak-Anak : Bentuk Eksploitasi Orangtua Terhadap Anak (Studi Kasus di Pasar Badung, Denpasar-Bali)” yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Sosiologi (Sorot), volume 1 nomor 1 tahun 2016. Artikel ditulis oleh Putu Fania Pebriani, Ni Luh Nyoman Kebayantini, dan Ketut Sudhana Astika dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Putu Fania Pebriani dan kawan-kawan menuliskan bahawa kemiskinan pada keluarga tukang suun anak-anak disebabkan oleh sumber daya alam yang kurang mendukung di daerah asalnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga tukang suun anak-anak berasal dari desa Tianyar Tengah (wilayah Pedahan), kecamatan Kubu, Karangasem dimana wilayah tersebut merupakan daerah dengan tingkat kesejahteraan hidup di bawah rata-rata dengan sumber daya alam yang sangat kering dan kurang memadai.

Rendahnya tingkat pendidikan orangtua tukang suun anak-anak juga turut memicu munculnya pola pikir dari orangtua yang masih menganggap remeh dampak negatif yang akan dialami oleh anak apabila bekerja di usia dini.

[pilihan-redaksi2]
Orangtua beranggapan bahwa mempekerjakan anak di usia dini merupakan hal yang dianggap wajar dan baik karena dapat menjadikan anak sebagai pribadi yang mandiri dalam meraih penghasilan.

Pada sisi lain, menjadi tukang suun untuk membantu orangtua merupakan cara yang dilakukan oleh tukang suun anak-anak untuk menghormati orang tuanya.

Keinginan individual anak untuk bekerja sebagai tukang suun muncul karena adanya perasaan bangga bisa memperoleh uang secara mandiri, takut dicap sebagai anak yang malas dan durhaka oleh orangtua, masih tergantung dengan orangtua, ajakan dari teman-temannya, trauma duduk di bangku sekolah, dan untuk menghindari perlakuan tidak menyenangkan dari tetangga di rumah kontrakannya.

Keberadaan tukang suun anak-anak yang bekerja di Pasar Badung juga dipengaruhi oleh minimnya pemahaman masyarakat dan orang tua tukang suun anak-anak tentang peraturan anak-anak yang terpaksa bekerja dan hak-hak anak yang termuat dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 termasuk juga mengenai sanksi yang termuat didalamnya.

Selain itu, masih eksisnya keberadaan tukang suun anak-anak juga dipengaruhi oeh adanya sikap apatis orangorang yang berada di Pasar Badung tentang adanya larangan mempekerjakan anak-anak di usia dini yang termuat dalam papan pengumuman yang dipasang di setiap sudut pasar. [bbn/Sorot/mul]

Penulis : bbn/mul



Berita Beritabali.com di WhatsApp Anda
Ikuti kami




Tonton Juga :





Hasil Polling Calon Walikota Denpasar 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending