Budidaya Ulat Maggot Jadi Peluang Baru untuk Pakan Ternak
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Peluang usaha baru terbuka lebar. TPS3R Desa Sayan Kecamatan Ubud yang memproduksi sampah kini juga mengembangkan budidaya ulat maggot. Permintaan akan ulat untuk pakan ternak amat tinggi.
Pengurus TPS3R Sayan, I Made Sukadana menyatakan sampah yang terkumpul mencapai 1 ton. Ketika dipilah, menghasilkan 200 kg organik. Dari organik ini kembali dipilah untuk budidaya maggot.
Permintaan seminggu mencapai 40 kilogram. Pesanan itu diambil untuk pakan ikan. Namun panen magoot yang dibudidayakan baru bisa menghasilkan 10 kilogram seminggu.
“Orang dari Penestanan minta untuk pakan ikan 40 kilo perminggu,” ujarnya.
Kendala selama ini dalam perkembangbiakan magot adalah untuk pulpa atau telor lalat buah. Telor lalat buah ini yang akan menghasilkan magoot. Telur lalat ini harus dirawat, karena jika bertemu dengan lalat bangkai, telur lalat ini akan gagal menetas.
“Biasanya kita jual Rp 10 ribu perkilogram. Biasanya digunakan mancing. Untuk telur lalat kita beli,” ungkapnya.
Magoot digemari masyarakat karena lebih murah dan bergizi. “Kalau pakai umpan pancing magoot ini masih hidup dia, sehingga lebih cepat menarik ikan,” tutupnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/gnr
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
