Angka Kematian Capai 700 Ekor, Kadis: Daging Babi Masih Aman Dikonsumsi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Kepala Dinas Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, IB. Wisnuardhana, mengatakan total jumlah babi yang mati di Bali saat ini berkisar antara 600 ekor sampai 700 ekor. Meski sudah ratusan babi yang mati, Wisnuardhana menyatakan daging babi masih aman dikonsumsi karena tidak menular ke manusia.
Menurut Wisnu, hingga saat ini total jumlah babi yang mati mendadak berkisar 600 ekor sampai 700 ekor. Kasus kematian terbanyak ditemukan di wilayah Kabupaten Badung, mengingat jumlah peternak babi yang cukup tinggi.
"Penyebaran virus berawal dari Desa Pesanggaran, Denpasar yang kemudian meluas ke Kecamatan Abiansemal dan Mengwi, Kabupaten Badung," jelasnya saat ditemui Rabu (29/1/2020) usai rapat dengan Gubernur Bali di Jaya Sabha, Denpasar.
Sambil menunggu hasil tes untuk mengetahui penyebab matinya ratusan ekor babi di Bali, Wisnu mengajak peternak menerapkan biosekuriti ketat untuk menyelamatkan babi yang belum terdampak.
Apabila dibandingkan populasi babi di Bali yang mencapai ratusan ribu ekor, Wisnu memastikan bahwa matinya ratusan ekor babi di Bali saat ini tidak akan mengganggu ketersediaan daging babi menjelang hari raya Galungan.
"Jika nanti hasilnya babi yang mati karena demam babi atau penyakit ASF, daging babi tetap aman untuk dikonsumsi karena ini tidak zoonosis, penyakitnya tidak menular kepada manusia. Tapi kalau (babi) yang sudah mati (dagingnya) jangan dimakan, langsung dikubur," jelasnya.
Hingga saat ini penyebab kematian ratusan babi di sejumlah kabupaten/ kota di Bali masih belum diketahui dan baru dikategorikan "penyakit baru" yang ganas. Penyebab kematian ratusan babi di Bali masih diteliti oleh Balai Besar Veteriner (BBvet) Medan setelah mendapat kiriman sampel dari BBvet Denpasar.
Tahap selanjutnya, hasil pemeriksaan tersebut akan dilaporkan kepada Pemerintah Pusat di Jakarta. Setelah dipastikan penyebab dan solusi dari fenomena tersebut, barulah Pemerintah Pusat akan menembuskan hasil penelitian kepada Pemerintah Provinsi Bali.
"Kami tidak mengetahui kapan hasil pemeriksaan sampel akan keluar. Saya juga berpikir, kenapa lama sekali hasilnya (penyebab kematian babi) keluar," ujarnya.
Menurut Wisnuardhana, hingga saat ini belum ada obat dari penyakit demam babi (ASF). Jika virus ASF ternyata menjadi penyebab kematian ratusan babi di Bali, maka hal yang bisa dilakukan oleh peternak babi di Bali hanya upaya pencegahan dini.
Reporter: bbn/tim