Kisah Awal Bali Wastu Lestari, Induk Bank Sampah di Bali yang Lahir dari Kegelisahan Keluarga

beritabali/ist/Kisah Awal Bali Wastu Lestari, Induk Bank Sampah di Bali yang Lahir dari Kegelisahan Keluarga.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tak banyak yang tahu, di balik suksesnya pengelolaan ratusan bank sampah di Bali, ada kisah sederhana penuh perjuangan dari sebuah keluarga di Jalan Ahmad Yani Utara, Peguyangan, Denpasar Utara.
I Made Mariana, sang pendiri Yayasan Bali Wastu Lestari, menceritakan awal mula lembaga ini berdiri sejak 2010, yang kini mengelola 578 unit bank sampah di sembilan kabupaten/kota di Bali.
Semua bermula dari kegelisahan sang ayah terhadap kondisi pengangkutan sampah di lingkungannya yang kumuh dan tak terurus. Kemudian ayahnya berinisiatif melayani sampah ke rumah-rumah warga , hingga tahun 2004 memutuskan untuk membeli mesin cacah.
Selama 2004 hingga 2008, mesin pencacah itu hanya diam karena belum ada dukungan, fasilitas, dan minat masyarakat untuk memilah sampah. Mariana bahkan sempat enggan terlibat saat sang ayah mulai keliling rumah menawarkan layanan pengolahan sampah.
Tahun 2009 jadi titik balik. Saat itulah Mariana mulai memahami pentingnya pemilahan sampah sebelum masuk mesin. Meski saat sosialisasi hanya 5 persen warga yang mau ikut, mereka tak menyerah.
"Untung Pak Lurah dukung, tidak mudah ajak masyarakat waktu itu," ungkapnya, Selasa (3/6/2025).
Seiring berjalannya waktu, Bali Wastu Lestari berkembang pesat. Dari satu unit induk, kini tersebar hingga ke Bangli, Karangasem, Tabanan, Gianyar, Badung, dan Denpasar. Mereka rutin mengumpulkan sekitar 40 ton sampah terpilah per bulan dengan omzet mencapai Rp40 juta.
Menariknya, meski Bali Wastu mengoordinasi ratusan unit, Mariana mengaku tidak pernah mengambil gaji pribadi. Semua keuntungan diputar kembali untuk operasional, SDM, dan pendampingan warga.
"Dari keuntungan saya pun tidak digaji dari situ, hanya untuk operasional SDM, 3 harian, 2 orang borongan, satu orang untuk pengangkutan," katanya.
Sejak 2012, Bali Wastu Lestari juga bekerja sama dengan Unilever Indonesia melalui program bina lingkungan. Sebelumnya, bantuan dana berasal dari Pemkot Denpasar.
"Kita mengkoordinir lebih dari 500 bank sampah di program ini dari 2012 mulai kota Denpasar tahun 2013, dan 2014 digandeng Pemprov Bali," sebutnya.
Meski banyak tantangan, Mariana tetap semangat mengedukasi warga soal pentingnya memilah sampah. Kini, jumlah bank sampah aktif memang menyusut menjadi sekitar 250 unit akibat berbagai kendala, mulai dari regulasi wilayah, konflik pengepul, hingga minimnya dukungan masyarakat.
Namun bagi Mariana, semangat untuk menjaga Bali tetap bersih tak pernah padam. "Fakta tidak sesederhana itu mengolah sampah," tuturnya.
Dari kisah sederhana di Peguyangan, Bali Wastu Lestari membuktikan bahwa gerakan kecil bisa beranak pinak dan memberi dampak nyata bagi lingkungan Bali.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/tim