Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comAhli Gizi IPB: Stunting Juga Berefek pada Perkembangan Otak Anak
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Kondisi stunting adalah masalah kurang gizi yang akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan tinggi badan anak, di mana anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Tapi tak hanya hanya mengganggu pertumbuhan dan tinggi badan, stunting juga bisa menyebabkan masalah pada perkembangan otak anak.
"Stunting tidak hanya berefek pada ke tubuh (menjadi) pendek atau kurus saja, tapi juga otak," kata Prof. Sri Anna Marliyati, Ahli Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB, Selasa (8/11/22), di Wonosobo, Jawa Tengah.
Berbicara dalam acara "Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting bersama Danone Indonesia", Sri Anna menjelaskan kondisi tersebut akan membuat anak tidak bisa mencapai kapasitas maksimalnya.
Sebab kerusakan yang terjadi mengakibatkan perkembangan kognitif anak yang tidak bisa diubah (irreversible), sehingga anak tidak akan pernah mempelajari atau mendapatkan sebanyak yang dia bisa.
"Misalnya dia harusnya bisa mempelajari sampai seribu, ini sampai 500 mentok. Tinggi badan mungkin masih bisa diperbaiki, tapi masalah otak tidak bisa dikejar," jelasnya.
Kondisi tersebut memiliki efek jangka pendek seperti terganggu perkembangan otak dan kecerdasan, terganggunya pertumbuhan fisik, dan metabolisme tubuh lemah.
Sedangkan dalam jangka panjang, kemampuan kognitif dan prestasi belajar akan menurun dan memicu penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, obesitas, stroke, diabetes dan lainnya akibat dari metabolisme rendah.
Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting antara lain, kurang memperhatikan status gizi ibu selama kehamilan, praktik menyusui atau ASI tidak eksklusif selama enam bulan pertama, praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat hingga pemantauan tumbuh kembang anak yang tidak rutin.
Selain itu, status sosial ekonomi rumah tangga, ketahanan pangan keluarga, minimnya akses air bersih, buruknya fasilitas sanitasi, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi penyebab stunting.
Oleh karena itu, anak-anak yang lahir dan tumbuh dari lingkungan rumah dengan perawatan yang tidak bersih, sanitasi dan persediaan air yang tidak memadai, alokasi pangan dalam rumah yang tidak tepat, dan pendidikan pengasuhan anak yang rendah sangat berpotensi kuat mengalami masalah stunting.
Reporter: bbn/net
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
