Sarkofagus 2000 Tahun Dilebur Dijadikan Batu Bata
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
3 buah sarkofagus (peti kubur batu) berumur 2000 tahun lebih ditemukan seorang pembuat batu bata di wilayah Bitra, Gianyar Bali. Karena ketidaktahuan warga, dua buah sarkopagus dihancurkan dan dijadikan batu bata.
3 buah sarkofagus berumur 2000 tahun lebih ini ditemukan seorang buruh batu bata asal Lombok, bernama Abdurrahman, di areal subak Bitra, jalan By- Pass Dharma Giri, Gianyar, Sabtu ( 31/10) lalu.
Hari ini (6/11), satu sarkofagus dibuka oleh petugas Balai Pelestarian Purbakala Bali. Pemilik tanah lokasi penemuan sarkfagus, AA Gde Agung Suryaninggrat, tidak mengizinkan petugas untuk memindahkan benda itu ke Kantor Purbakala di Bedulu, Gianyar.
Suryaninggrat menyatakan siap melestarikan sarkofagus itu di tanah miliknya itu. Dia menduga menduga keberadaan benda ini erat kaitannya dengan kerajaan Peling yang berpusat di wilayah Bitera.
Dari nama kerajaan itu, persawahan di lokasi temuan itu bernama Subak Peling. Jika nantinya lokasi itu kurang aman, pihaknya siap akan memindahkan benda itu ke pekarangan rumahnya di Bitera, sekitar 1 Km barat Kota Gianyar.
Dalam rongga sarkofagus, petugas sejumlah benda bekal kubur manusia purba yakni 8 gelang perunggu, satu ikat pinggang, satu batu spiral, satu batu manik, dan tiga gigi geraham.
Peneliti Balai Arkeologi Denpasar, Bali, Dra Ayu Kusumawati mengatakan, sarkofagus ini dibuat pada jaman perundagian, sekitar 2000 tahun lampau atau masa prasejarah. Sarkofagus ini merupakan batu kubur orang yang disegani pada jaman itu.
Posisi jenazah diletakkan dengan sistem dorsal atau tubuh yang dilipat seperti bayi dalam kandungan. Sarkofagus tipe kecil (panjang antara 80-148 cm) ini memiliki kesamaan dengan temuan yang sama di Keramas, Gianyar, yakni dari segi masa dan bentuk.
“Sebenarnya ada 3 buah sarkofagus kuno yang ditemukan warga. Tapi karena ketidaktahuan warga, dua buah sarkofagus dihancurkan dan dijadikan batu bata. Hanya satu buah sarkofagus yang dilaporkan dan berhasil kita selamatkan,†kata Kusumawati.
Reporter: bbn/art