Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comPelatihan Jurnalis Bali: BMKG Ungkap Pergerakan Kerak Bumi 7 Milimeter per Tahun
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Sebanyak 50 jurnalis dari berbagai media cetak, online, dan televisi mengikuti Pelatihan Peningkatan Kapasitas Jurnalis Peliputan Bencana Alam yang diinisiasi Jawa Pos TV Bali bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kegiatan berlangsung di Quest Hotel San Denpasar, Sabtu (4/10).
Sekitar enam jam jalannya pelatihan, para peserta mengikuti paparan dari sejumlah narasumber, mulai dari Kadis Lingkungan Hidup Provinsi Bali Made Rentin, Kadek Setiya Wati dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Putu Eka Tulistiawan (Stasiun Meteorologi Ngurah Rai Bali), I Made Dwi Wiratmaja (Stasiun Klimatologi Bali), dan Ni Luh Desi Purnami (Stasiun Geofisika Denpasar).
Sebelum pemaparan materi, Direktur Jawa Pos TV Bali Ibnu Yunianto menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah mendorong Jurnalisme Solutif.
“Ketika ada bencana alam, jurnalis tak hanya memberitakan bencananya saja, tapi juga menyajikan informasi penting bagi korban terdampak serta bagi regulator atau masyarakat yang ingin memberi bantuan atau solusi,” ujarnya.
Dalam paparannya, Made Rentin menyoroti pentingnya pengelolaan sampah dari sumbernya sebagaimana diatur dalam Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019.
“Sebab, bisa diatasi dengan teba modern, lubang kedalaman 1,5 sampai 2 meter khusus menampung sampah organik di halaman menjadi pupuk untuk menyuburkan,” jelasnya. Ia juga menyampaikan rencana pembentukan crisis center sampah.
Sementara itu, Kadek Setiya Wati menekankan pentingnya pemahaman dasar jurnalis terhadap istilah cuaca dan iklim.
“Hal mendasar yang harus media pahami adalah istilah cuaca dan iklim. Jadi cuaca mengacu pada kondisi di sekitar kita sehari-hari yang lebih spesifik, seperti cerah atau hujan,” katanya.
“Iklim didefinisikan sebagai rata-rata cuaca dalam jangka waktu panjang. Cuaca itu berubah seperti perempuan, sesuai mood-nya. Kalau iklim, seperti lelaki, polanya stabil,” tambahnya disambut tawa peserta.
Ia juga menjelaskan fenomena cuaca ekstrem dan membedakan antara angin kencang dan puting beliung.
“Angin kencang sudah masuk kategori cuaca ekstrem jika kecepatannya mencapai 45 kilometer per jam. Kalau puting beliung itu ada pusaran dari dasar awan cumulonimbus,” paparnya.
Putu Eka Tulistiawan menambahkan, tugas utama pihaknya di Bandara I Gusti Ngurah Rai adalah memastikan observasi meteorologi berjalan ideal.
“Ada pengamatan darat dan berbagai alat untuk mengetahui arah serta kecepatan angin,” jelasnya.
Sementara Kepala Pelaksana BPBD Bali I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya saat membuka kegiatan mengingatkan bahwa penyebab bencana tidak pernah tunggal.
“Tidak ada bencana penyebabnya tunggal. Kuncinya, ada kerentanan bertemu ancaman. Hujan 150 mm per hari sudah ekstrem, tapi waktu itu 390 mm, dua kali ekstrem, ditambah gelombang pasang 2 meter yang menghambat aliran sungai ke laut,” ungkapnya.
Dwi Wiratmaja dari Stasiun Klimatologi Bali memaparkan, pihaknya memiliki 118 titik pengamatan hujan di seluruh Bali, termasuk Nusa Penida.
“Normal hujan didasarkan pada nilai rata-rata hujan 30 tahun. Ada 20 zona musim di Bali dari tahun 1991 hingga 2020,” katanya.
Adapun Ni Luh Desi Purnami dari Stasiun Geofisika Denpasar mengingatkan bahwa gempa bumi tidak bisa diprediksi.
“Gempa bumi tidak menunggu waktu. Kalau sudah waktunya, ya, maka akan terjadi,” ujarnya.
Ia menjelaskan pergerakan mantel bumi yang terus bergerak sekitar 7 milimeter per tahun dapat menyebabkan gempa besar.
Pelatihan ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif, menegaskan pentingnya sinergi antara jurnalis dan lembaga kebencanaan dalam menghadirkan pemberitaan yang akurat dan menenangkan masyarakat di tengah situasi darurat.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/rls
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
