Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comPuluhan Ular Piton Muncul di Danau Buyan, Diduga Akibat Habitat Terganggu
BERITABALI.COM, BULELENG.
Populasi ular piton atau reticulatus phyton di Bali terbilang cukup banyak dan tersebar merata di berbagai daerah. Meski demikian, hewan melata ini tergolong penakut dan cenderung bersembunyi.
Diduga, maraknya kemunculan ular piton di kawasan Danau Buyan, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng, disebabkan karena habitatnya mulai terganggu atau memasuki musim kawin.
Hal tersebut disampaikan Partisipan Komunitas Reptile Bali, Nanda saat dihubungi BeritaBali.com pada Selasa (8/7).
Nanda menyebut, melihat jumlah piton yang ditemukan warga mencapai 28 ekor, sangat tidak mungkin apabila hal ini disebabkan karena pelepasliaran oleh oknum. Mengingat jumlahnya cukup banyak.
Untuk itu, ia menduga kawasan Danau Buyan memang menjadi habitat alami ular piton. Ular-ular tersebut mulai banyak terlihat karena salah satunya disebabkan habitat yang terganggu, sehingga mereka keluar untuk mencari tempat persembunyian yang lebih aman.
"Ular ini memang hewan penjelajah, tetapi sesungguhnya mereka ini adalah hewan penakut. Mereka tidak akan pernah memunculkan diri. Cenderung bersembunyi. Ketika ada hal yang membuat mereka tidak nyaman, atau situasinya mulai ramai, mereka akan keluar dan mencari tempat sembunyi yang lain. Mereka juga tidak menetap di satu tempat dalam jangka waktu yang lama," terangnya.
Selain karena habitat terganggu, pertengahan tahun ini menurut Nanda, merupakan musim kawin bagi ular piton. Hewan ini akan bertelur setahun sekali dengan jumlah mencapai 30 hingga 40 butir, tergantung ukurannya.
Nanda pun mengimbau pemerintah dan masyarakat di sekitar Danau Buyan untuk tidak membunuh ular piton yang ditemukan, selama tidak membahayakan warga atau hewan ternak. Ia menyarankan agar ular-ular tersebut lebih baik dievakuasi ke tempat yang lebih aman dan jauh dari permukiman.
Warga dapat meminta bantuan proses evakuasi kepada BKSDA Bali, Damkar, atau komunitas reptil setempat. "Lebih baik ditangkap, tapi tidak dibunuh, lalu dipindahkan ke alam yang tempat yang lebih aman," tandasnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/rat
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
