Akun
user@gmail.com

Beritabali ID: 738173817


Langganan
logo
Beritabali Premium Tidak Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium

Aktif sampai 23 Desember 2025


New York, USA (HQ)

750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845

Call: 469-537-2410 (Toll-free)

hello@blogzine.com
Fenomena Tukang Suun Anak di Pasar Badung, Bentuk Eksploitasi Orang Tua Terhadap Anak

Rabu, 1 Mei 2019, 18:00 WITA Follow
image

ilistrasi/balisruti.or.id

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Fenomena tukang suun anak di Pasar Badung menjadi bukti adanya adanya eksploitasi anak oleh orang tua. Bentuk-bentuk eksploitasi yaitu dapat dilihat pada usia tukang suun anak-anak yang bekerja di bawah usia 14 tahun, lokasi kerja yang cukup rawan, waktu kerja yang lebih dari empat jam dalam sehari, kecenderungan tidak menerima upah sebagai hasil kerja, dan adanya kekerasan fisik dan verbal yang menimpa tukang suun anak-anak tersebut baik dari orangtua maupun pengunjung pasar.

[pilihan-redaksi]
Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Tukang Suun Anak-Anak : Bentuk Eksploitasi Orangtua Terhadap Anak (Studi Kasus di Pasar Badung, Denpasar-Bali)” yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Sosiologi (Sorot), volume 1 nomor 1 tahun 2016.

Artikel ditulis oleh Putu Fania Pebriani, Ni Luh Nyoman Kebayantini, dan Ketut Sudhana Astika dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Putu Fania Pebriani dan kawan-kawan menuliskan akibat eksploitasi menyebabkan anak tidak berkesempatan untuk menempuh pendidikan, buruknya mental dan perilaku tukang suun anak-anak karena telah merasakan pahit dan kerasnya dunia kerja.

[pilihan-redaksi2]
Pada sisi lain, kurang terjaganya kebersihan tukang suun anak-anak yang juga akan berdampak buruk pada kesehatan tukang suun anak-anak tersebut.

Interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak yang bekerja sebagai tukang suun hanya sebatas hubungan kerja yang tidak memihak pada kondisi dan hak anak.

Hal ini juga dipicu oleh adanya kekuasaan orangtua sebagai superordinat yang dapat mengontrol anak sebagai subordinat.

Sesuai dengan konsep Tragedi Kebudayaan, hak anak yang seharusnya dihormati oleh orangtua telah terkikis karena orangtua lebih memprioritaskan uang. [bbn/Sorot/mul]

logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami