Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comBerkasus, Pabrik Kompos Tetap Jalan
Beritabali.com,
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Meski pabrik pengolah sampah menjadi kompos di Dusun Peh, Kaliakah, Negara memakan korban empat orang menjadi terpidana namun pabrik tersebut tetap beroperasi dan belum disegel. Hanya saja pengolahan sampah tersebut dilakukan secara manual lantaran mesinnya mengalami kerusakan sejak tiga tahun lalu. Kini, kondisi mesin seharga Rp. 2,3 miliar tersebut tampak tidak terawat.
Koordinator Pengolahan Sampah pada Pabrik Kompos Perusda Jembrana, Suderman ketika ditemui awak media, Rabu (1/12) membenarkan kalau pengolahan sampah dilakukan secara manual.
“Unit kompos tetap beroperasi hanya saja secara manual karena mesinya rusak sejak lama, bahkan sebelum saya tugas disini,“ ujarnya.
Suderman menambahkan, pihaknya tidak memiliki cukup biaya untuk memperbaiki mesin tersebut.
“Alat yang rusak harus didatangkan dari Jepang sehingga butuh biaya besar,” tandasnya.
I Komang Mawi, teknisi mesin kompos yang mendampingi Suderman menambahkan bagian yang rusak pada mesin kompos tersebut pada rantai conveyor dan alat mengaduk sampah.
Agar unit usaha kompos ini tetap berjalan, Suderman mengaku mempekerjakan 18 orang karyawan yang bekerja dalam sistem shift untuk mengolah sampah yang menjadi kompos secara manual.
Suderman juga menambahkan, pengolahan secara manual dilakukan dengan mencampur serbuk gergaji, kotoran ternak dengan DM 2000 yang kemudian difermentasi.
“Bahan-bahan kompos itu kita beli karena sampah dari TPA tak bisa kita kelola lantaran harus memilah lagi sehingga tidak praktis. Untuk lebih praktisnya kita beli dan kelola bahan terus hasilnya berupa kompos dijual,” ujarnya.
Untuk sebulan, tambah Suderman, bisa menjual 20 karung dan 100 zak ukuran 3 kg dengan harga Rp. 650 perkilogramnya.
“Modalnya hanya Rp. 300 perkilo. Sebenarnya untungnya lumayan namun karena dikerjakan manual sehingga hasilnya tidak terlalu banyak,” pungkasnya. (dey)
Reporter: bbn/rob
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
