Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comDesa Adat Geriana Kangin Nyepi Adat, Jalanan Sepi 12 Jam
BERITABALI.COM, KARANGASEM.
Keheningan seketika terasa saat melintasi ruas jalan di Desa Adat Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem pagi ini, Jumat (4/4/2025).
Tak ada aktivitas warga yang terlihat, jalanan tampak sepi lengang, seluruh toko dan warung yang ada di wilayah Desa Adat tersebut tutup. Hanya beberapa orang pecalang bersama anggota kepolisian yang terlihat berjaga di perbatasan desa, selebihnya tampak lengang.
Kondisi ini terjadi karena seluruh krama atau warga di Desa Adat Geriana Kangin sedang melaksanakan brata penyepian yang merupakan rangkaian dari upacara Karya Tawur Agung Tabuh Gentuh Padudusan Agung, Suda Bumi, Yama Raja yang telah dilangsungkan pada Kamis (4/4/2025) di Pura Puseh setempat.
Bendesa Adat Geriana Kangin, Jro Mangku Sudharma Yasa mengungkapkan, Nyepi Adat berlangsung selama 12 jam dimulai pagi ini sekitar pukul 00.01 wita dan berakhir pada pukul 12.00 wita. Pelaksanaan nyepi adat ini hampir sama dengan Nyepi pada umumnya , dimana seluruh krama dilarang keluar rumah dan melaksanakan brata penyepian, hanya saja yang berbeda hanya waktu pelaksanaannya lebih singkat.
"Selama nyepi berlangsung, selain menjalankan brata penyepian krama adat juga tidak diperkenankan untuk menerima tamu. Untuk warga luar desa adat tetap bisa melintas namun tidak boleh berhenti atau menyalakan klakson," kata Sudharma Yasa.
Ia mengungkapkan, Karya Tawur Agung Tabuh Gentuh Padudusan Agung, Suda Bumi, Yama Raja ini dilaksanakan oleh Desa Adat Geriana Kangin setiap kurun waktu 10 tahun sekali. Upacara ini termasuk ke dalam Bhuta Yadnya yang bertujuan untuk jagat kertih atau menyucikan alam semesta.
Dalam pelaksanaannya, karya Tawur Agung Tabuh Gentuh ini dipusatkan pada areal jabe tengah pura puseh atau pempatan. Ada 9 sulinggih yang muput seluruh rangkaian karya tersebut dimana untuk upakata yang dihaturlan terdapat 9 jenis caru dengan sarana utama adalah hewan kerbau.
"Untuk persiapan sudah kami lakukan sejak dua bulan lalu bersama krama. Karya ini erat kaitannya dengan keseimbangan alam dan rutin kami laksanakan setiap 10 tahun sekali," terang Sudarma Yasa.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/krs
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
