Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan
Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Kasus Perkawinan Anak di Bawah Umur di Jembrana Meningkat, Ini Penyebabnya
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Jumlah perkawinan anak di bawah umur di Kabupaten Jembrana mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Perubahan peraturan pemerintah yang mengatur tentang usia perkawinan anak menjadi penyebab utama meningkatnya kasus ini.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Administrasi Kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Jembrana, I Komang Sujana, peningkatan kasus tersebut terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
"Pada tahun 2021, hanya tercatat satu kasus perkawinan anak di bawah umur. Namun, jumlahnya meningkat menjadi 14 kasus pada tahun 2022, dan pada pertengahan tahun 2023 ini, sudah ada enam kasus, yang semuanya telah mendapatkan dispensasi dari Pengadilan Negeri (PN) Negara," ungkap Sujana pada Rabu (07/6/2023).
Sujana juga menjelaskan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh adanya perubahan dalam peraturan mengenai usia perkawinan anak yang ditetapkan oleh pemerintah.
Menurut peraturan yang baru, usia minimum untuk laki-laki atau perempuan yang dapat melakukan perkawinan adalah 19 tahun. Oleh karena itu, perkawinan yang dilakukan sebelum usia 19 tahun dianggap sebagai perkawinan anak di bawah umur.
"Sebelumnya, anak di bawah umur dianggap rentan jika usianya di bawah 16 tahun untuk menikah. Oleh karena itu, peningkatan kasus perkawinan anak di bawah umur terjadi setelah perubahan menjadi usia di bawah 19 tahun," ujar Sujana.
Sementara itu, Ida Ayu Sri Utami Dewi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak, mengakui bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi di beberapa sekolah untuk mencegah pernikahan dini.
Upaya sosialisasi ini dilakukan agar anak-anak memiliki pemahaman yang baik terkait dampak negatif dari perkawinan dini.
"Kami telah melakukan sosialisasi mengenai pencegahan pernikahan dini di beberapa sekolah dasar, dan rencananya akan dilanjutkan ke sekolah menengah atas. Kami akan menjangkau semua tingkatan sekolah," kata Utami.
Utami menekankan pentingnya sosialisasi untuk mencegah kekerasan terhadap anak, termasuk perkawinan di bawah umur. Pihaknya berharap agar anak-anak lebih waspada terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pernikahan dini.
"Selain menyosialisasikan di sekolah-sekolah, kami juga berencana untuk menyampaikan informasi ini kepada beberapa komunitas atau organisasi pemuda di Jembrana," tegas Utami.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/jbr
Berita Terpopuler
Karyawan Studio Tatto Gantung Diri Sambil Live TikTok di Kos Denpasar
Dibaca: 9185 Kali
Pesan Terakhir Pelajar SMP di Denpasar yang Tewas Gantung Diri
Dibaca: 7147 Kali
ABOUT BALI
Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem