Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comSejarah Pasar Payuk dan Wanasari, Pasar dengan Arus Urbanisasi
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Pasar Payuk yang kini dikenal sebagai Pasar Badung, punya sejarah erat terkait penyebraan islam di Dusun Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar.
Awalnya penduduk Dusun Wanasari adalah pedagang berbagai daerah di Indonesia seperti Jawa, Madura, Lombok, dan bahkan etnis Cina yang mendiami wilayah pasar khususnya Pasar Payuk.
Catatan sejarah itu tertulis dalam sebuah artikel ilmiah bertajuk “Dusun Islam Wanasari di Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali (Latar Belakang Sejarah, Dinamika, serta Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA)” yang dipublikasikan dalam Jurnal Pendidikan Sejarah (Widya Winayata), Volume 8, Nomor 2 Tahun 2017. Artikel tersebut ditulis oleh Asviani, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A, dan Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum dari Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Penulis buku tersebut menyajikan kronologis bagaimana wilayah Pasar Payuk dipenuhi pendatang. Kemudian tanggpan dari Raja Badung dengan menawarkan tempat kepada masyarakat yang berada di sekitar Pasar Payuk untuk memilih antara dua wilayah yakni wilayah Wanasari dan wilayah Pemecutan.
Dilihat dari Persentasenya 75% masyarakat sekitar Pasar Payuk memilih untuk menempati wilayah Wanasari, Hal ini dikarenakan Wanasari merupakan tempat yang dekat dengan perairan dan air merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan.
Melihat ingar bingar ibukota yang makin padat, mengangkat arus urbanisasi. Persentase terbesar datang dari urbanisasi penduduk yang tidak terencana dan terkendali. Mereka umumnya bekerja pada sektor informal tanpa keterampilan dan tidak bermodal. Masyarakat inilah yang mendiami wilayah Pasar Payuk dan kemudian dipindahkan ke wilayah Wanasari. Masyarakat di wilayah Wanasari tersebut akhirnya membangun sebuah pemukiman yang diberi nama Kampung Jawa.
Dalam perkembangannya, untuk menghilangkan identitas kesukuan, dan menghindari perpecahan di antara kaum penduduk Kampung Jawa, maka nama dari Kampung Jawa diganti menjadi Kampung Wanasari. Nama Wanasari diambil dari nama tempat tersebut yakni wilayah Wanasari.
Reporter: bbn/tim
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
