Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comBanyak Mitos Seks Beredar Ternyata Tidak Benar
Seksologi dr. Oka Negara, FIAS
Minggu, 5 Agustus 2018,
11:14 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Tanya: “Dok, saya seorang ibu, sedang memiliki anak yang mulai remaja. Saya sekarang mulai khawatir dengan keadaan sekarang, katanya remaja sekarang sudah pada aktif melakukan hubungan seksual. Banyak sekali informasi salah yang mudah didapatkan remaja jaman sekarang. Saya sendiri sering bingung karena ada juga yang saya percaya. Dokter, saya minta tolong buat membahas mitos-mitos seksual yang banyak dibicarakan orang saat ini apa saja, Dok? Terima kasih.” (Bu Agung, 48)
[pilihan-redaksi]
Jawab: Mitos adalah suatu ungkapan yang belum tentu benar, tetapi sudah dianggap atau diyakini benar oleh masyarakat. Kita mendapatkan mitos ini dari generasi sebelumnya secara turun menurun, baik itu secara langsung maupun lewat cerita, buku, dan lain-lain. Kita menerima pandangan atau pendapat yang turun temurun ini sebagai sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran, termasuk dalam hal informasi kesehatan reproduksi dan seksual. Nah, berikut ini adalah sebagian mitos-mitos seksualitas yang banyak beredar, termasuk di sekitar remaja kita. Coba diperhatikan baik-baik:
Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukan kasih sayang pada saat masih pacaran, terutama di usia yang masih sangat muda. Hubungan seks di usia muda sering kali disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Padahal, rasa sayang dengan pacar harusnya bisa ditunjukkan dengan cara lain, dengan memberikan perhatian untuk jaga kesehatan dan saling mengingatkan untuk tetap rajin belajar, misalnya.
Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina. Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu kelihatan berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay yang cukup bisa tidak memunculkan adanya perdarahan, karena terjadi lubrikasi atau perlendiran yang cukup.
Perempuan yang berpayudara besar dorongan seksualnya besar. Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual itu ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsangan seksual).
Masturbasi bisa menyebabkan lutut kopong Faktanya, masturbasi tidak menyebabkan lutut menjadi kopong. Sperma tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut, melainkan di testis. Mungkin setelah masturbasi, biasanya timbul rasa lelah, karena masturbasi mengeluarkan banyak energi. Itulah yang membuat menjadi lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong.
Sering masturbasi bisa membuat mandul Faktanya, secara medis masturbasi tidak menggangu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak sampai menimbulkan luka atau lecet). Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis, seperti perasaan bersalah, berdosa dan kadarnya berbeda-beda bagi setiap orang. Kemandulan justru biasanya akibat dari IMS (infeksi menular seksual) atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik.
[pilihan-redaksi2]
Itu adalah sebagian mitos seks yang populer. Pengaruh mitos-mitos tersebut masih sangat kuat, bahkan juga di antara para remaja yang justru lagi giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi. Banyak yang mempercayainya sehingga tidak jarang kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi bermula dari keyakinan dari mitos-mitos tersebut.
Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau masyarakat pada umumnya. Sekarang tergantung kepada diri remajanya masing-masing, karena mereka yang akan menjalaninya nanti. Apakah akan menelan mentah-mentah mitos tersebut ataukah akan mencermatinya lebih lanjut guna memastikan kebenarannya. Kalau kita masih terpengaruhi dengan mitos-mitos diatas, yang rugi ya diri kita sendiri.
Dan bagi orang tua, orang dewasa, atau yang sudah mengetahui fakta yang sebenarnya, silakanlah tetap yakin dengan kebenarannya, jangan goyah. Bahkan cobalah ikut serta untuk menginformasikan fakta-fakta ini ke remaja sehingga semakin banyak remaja yang mengerti dan makin bertanggung jawab dengan segala perilaku dan pilihannya. [bbn/dr oka negara/psk]
Berita Premium
Reporter: bbn/psk
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Senin, 22 September 2025

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Sabtu, 20 September 2025

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Sabtu, 23 Agustus 2025

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
Jumat, 30 Mei 2025

29 Pasangan Ikuti Nikah Massal di Pengotan
Kamis, 15 Mei 2025