Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Berbuatlah Sekarang Kalau Kita Ingin Wisatawan Tetap ke Bali

Badung

Rabu, 8 Mei 2013, 10:25 WITA Follow
Beritabali.com

Beritabali.com/Ist

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Judul di atas tidaklah berlebihan dan sangat relevan bagi pemangku kekuasaan khususnya di bidang pariwisata. Kita semua berkepentingan untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan ke Bali umumnya dan ke masing-masing destinasi wisata di Bali khususnya.

Namun, sayangnya tidak semua pemangku kepentingan (stake-holder) ini mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk mengatur dan membuat kebijakan agar aktivitas pariwisata dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu mensejahterakan masyarakat dengan berpegang pada prinsip kearifan lokal Tri Hita Karana.  Dari stake-holder yang ada, pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan untuk membuat kebijakan dan melakukan pengaturan yang semestinya.

Nyoman Astama, SE, pelaku dan pemerhati pariwisata yang juga humas dari Kuta Executive Club, melakukan perjalanan dinas ke Australia tahun lalu dalam rangka mempromosikan Bali dan tentunya juga memasarkan hotel tempatnya bekerja, Bali Niksoma Boutique Beach Resort, selama dua minggu dengan format road-show dan mengunjungi 5 kota utama seperti Sydney, Brisbane, Melbourne, Adelaide dan Perth.

Selama di sana Nyoman Astama bertemu dan melakukan presentasi kepada travel agent antara 100-225 agent per kota yang dikumpulkan dalam satu Ballroom. Ada 28 hotel termasuk 2 perusahaan tempat rekreasi dari Bali yang melakukan promosi bersama ini dengan biaya masing-masing perusahaan. Para konsultan (bagian reservasi) travel agent tersebut dijamu dengan koktil dan makanan ringan selama 45 menit pertama, kemudian mereka memasuki Ballroom untuk mengikuti presentasi selama 2 sesi dari peserta road-show dari Bali. Setiap sesi berlangsung satu jam, dan diselingini dengan makan malam selama 30 menit dan disertai pengundian door prize yang disumbangkan oleh peserta road-show dari Bali bagi para konsultan yang beruntung memenangkannya.
 
Selama presentasi banyak pernyataan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh para konsultan travel agent tersebut. Di antara pernyataan itu kalau dirangkum adalah:
- Bali khususnya Kuta sekarang sudah sangat macet
- Kalau Bali macet tamu mulai melirik daerah tujuan wisata lainnya
- Tamu berangsur-angsung pindah dari Kuta menuju ke arah utara dan bahkan daerah Pemuteran dan Bali Timur
- Bisa menempuh waktu satu jam dari Kuta ke Legian yang sebelumnya cuma ditempuh 15 menit
- Banyak kendaraan parkir di pinggir jalan dan jalannya sendiri tidak lebar
- Semakin banyak jalan yang rusak dan berlubang
- Banyak ada pengerjaan jalan dan trotoar yang tidak dipartisi dengan baik sehingga pengemudi kendaraan atau pejalan kaki bisa terjatuh dan menjadi tidak nyaman
- Terlalu banyak hotel baru yang dibangun sedangkan infrastruktur tidak mendukung
- Kriminal semakin meningkat seperti penjambretan, narkoba dan penipuan money changer
- Semakin banyak pengemis di jalan dan lampu merah
- dan masih ada lagi pernyataan lainnya
 
Sedangkan beberapa pertanyaan adalah:
- Apa yang dilakukan pemerintah kamu untuk mengatasi kemacetan?
- Apakah jalan terusan Sunset Road dari Seminyak/Kerobokan akan dilanjutkan?
- Apakah masih ada kasus Legionella?
- Bagaimana perkembangan kasus Rabies?
- Apakah pemerintah kamu tidak akan menghentikan pembangunan hotel baru?
- Kapan perluasan bandara akan jadi?
- Apa yang dilakukan pemerintah kamu mengatasi sampah di pantai saat musim hujan?
- Mengapa terus ada projek jalan di Kuta?
- Ke mana air limbah dari hotel-hotel dibuang? Apakah ada pengolahan air limbah yang layak?
- Berapa gaji yang diterima oleh pekerja pada tingkat yang paling bawah?
- Apakah sebagai karyawan kamu membayar pajak?
- Apakah kamu memiliki sistem kesehatan dan pensiun sebagai warga masyarakat?
- Apakah kamu mendapat cuti dan berapa lama kamu cuti dalam setahun?
- Usaha-usaha apa yang dilakukan pemerintah untuk mempertahankan budaya Bali?
- dan masih banyak lagi pertanyaannya

Kalau kita cantumkan semua daftar pernyataan dan pertanyaan tidak akan habis.  Hal ini menunjukkan kepedulian para wisatawan terhadap keadaan Bali. Karena mereka menyadari bahwa Bali sangat tergantung dari pariwisata. Mereka sangat menghargai budaya Bali dan menginginkan budaya yang unik ini dipertahankan. Bagi mereka masyarakat Bali masih sangat ramah-ramah dan terbuka. Kendatipun belakangan ini mulai timbul tindakan kekerasan yang tidak mencerminkan Bali yang dikenal oleh para wisatawan.

Kalau para wisatawan sangat peduli dan sangat mengharapkan Bali mempertahankan budaya dan keramah-tamahannya, maka kita sebagai masyarakat Bali yang menginginkan  wisatawan terus ke Bali  sudah selayaknya melakukan sesuatu yang semestinya sekarang! Apalagi pemerintah yang mencanangkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sampai 3 juta orang tahun ini, sudah semestinya menunjukkan dan melakukan usaha-usaha nyata yang terpadu dan berkelanjutan dalam mencari solusi tantangan dan masalah yang ada demi menjaga kesinambungan Bali sebagai daerah tujuan wisata bertaraf internasional.

Sayangnya sebagian besar (kalau tidak semua) pernyataan dan pertanyaan itu memerlukan kebijakan dan pengaturan yang dimiliki oleh pemangku kekuasaan dalam hal ini pemerintah. Melihat begitu banyaknya “pekerjaan rumah” yang harus dikerjakan tentu harus dilakukan skala prioritas.

Menurut hemat Nyoman Astama skala prioritas yang bisa dilakukan segera sekarang dengan tidak memerlukan biaya besar adalah mencari solusi kemacetan di daerah Kuta, Legian dan Seminyak. Pada saat ini masalah kemacetan menjadi momok dan bahan pembicaraan dari para wisatawan. Program pusat sudah berjalan untuk mangatasi kemacetan utama di sepanjang jalur penghubung dari hotel-hotel Nusa Dua dan bandara menuju objek wisata di belahan timur dan utara Bali.

Yang sangat esensial dan perlu penanganan serius dan memerlukan komitmen total dan konsisten dari pemerintah adalah masalah kemacetan di Kuta, Legian dan Seminyak. Sayangnya walaupun kejadiannya di Kuta atau Legian atau Seminyak wisatawan tahunya di Bali. Kita menyadari hampir 70% dari semua hotel di Bali berada di wilayah Badung.

Karena itu pemerintah daerah Kabupaten Badung sudah semestinya mengambil langkah-langkah lebih nyata dan lebih cepat untuk mengatasi kemacetan ini karena kebetulan wilayah kemacetan terparah ada di Badung. Ini sangat penting agar citra kemacetan di Badung (Bali) tidak menjadi bahan dan santapan media asing seperti kejadian pemberitaan sampah di pantai Kuta oleh media TIME yang membuat pemerintah daerah  bulan-bulanan dan pemerintah pusat kebakaran jenggot.

Apa ada solusi cepat dan murah?
Mencari solusi harus dimulai dari komitmen pemerintah melakukan usaha nyata dan konsisten mengatasi kemacetan tersebut. Aparat berwenang harus turun ke lapangan melihat di wilayan mana dan jam-jam berapa terjadi kemacetan. Selain turun langsung juga bisa meminta masukan dan informasi dari masyarakat tentang tempat-tempat yang sering macet dan berkoordinasi dengan polisi lalu lintas.

Beberapa solusi yang perlu dipertimbangkan:
- mengevaluasi arah arus lalu lintas di daerah macet untuk jam-jam tertentu
- menerapkan arus lalu lintas satu arah untuk jam-jam tertentu di wilayah tertentu
- melarang akses kendaraan untuk masuk areal tertentu pada jam-jam tertentu namun tetap ada jalur alternatif menuju tempat tersebut
- menertibkan parkir kendaraan di pinggir jalan dan menerapkan biaya parkir yang tinggi bila dilanggar
- melarang kendaraan parkir di tikungan dan menerapkan tindakan tilang
- mengatur waktu pengiriman barang atau material yang menggunakan kendaraan besar pada malam hari
- mengevaluasi dan mengatur lamanya masa nyala lampu merah dan lampu hijau dengan menambah waktu lampu hijau 5-10 detik
- melakukan koordinasi dengan instansi terkait tentang jam masuk kantor agar tidak bersamaan, sehingga karyawan atau pegawai tidak menuju tempat tujuan pada saat yang bersamaan
- mengerahkan tenaga pengawas yang cukup untuk memantau di lapangan
- melakukan koordinasi dengan desa adat setempat untuk melakukan sistem buka tutup apabila ada upacara atau kegiatan adat di wilayahnya dan tidak menutup semua badan jalan seharian
- mewajibkan pemasangan informasi jalan alternatif dan mengarahkan kendaraan jauh sebelum memasuki wilayah yang ditutup kalau ada penutupan jalan tertentu

 



Sekiranya masukan-masukan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan. Dengan komitmen dan rasa tanggung jawab yang tinggi, Nyoman Astama yang juga merupakan salah satu Wakil Ketua PHRI Badung ini yakin akan terjadi perubahan dan kemacetan akan bisa dikurangi.
 

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami