Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan

Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Puluhan Warga Lumbung Kauh Diserang Chikunguya
Beritabali.com, Selemadeg
BERITABALI.COM, TABANAN.
Sejak satu bulan terakhir, puluhan warga Banjar Dinas Yeh Silah, Desa Lumbung Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan diserang penyakit chikunguya. Bahkan satu keluarga sempat menjadi korban penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan tersebut.
I Made Astawa (40) warga setempat yang seluruh keluarganya menderita Chikunguya saat ditemui di rumahnya, Rabu (24/2) menuturkan, dirinya tertular Chikunguya setelah beberapa tetangganya menderita penyakit serupa sejak satu bulan lalu.
Yang pertama menjadi korban chikunguya di keluarganya adalah anak nomor duanya, Made Ari Dwipayana (10) lima belas hari lalu. Kala itu, anaknya menderita panas tinggi, disertai demam. Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkannya, ia kemudian memeriksakan anaknya ke Puskesmas setempat.
Oleh petugas Puskesmas, ia disarankan memeriksakan anaknya ke ke RSUD Tabanan yang disertai resep dokter. “Anak saya juga disuruh cek darah, karena diduga menderita Demam Berdarah,” bebernya. Setelah disuntik dan diberikan obat, tiga hari berselang kondisi anaknya kemudian sembuh.
Namun lacur, saat anaknya sembuh, malah ia yang menjadi korban berikutnya. “Setelah anak saya sembuh, giliran saya yang menggigil, bahkan bagian persendian tubuh saya ngilu,” tambahnya. Ia pun memilih memeriksakan diri ke dokter praktek di tempat anaknya berobat.
“Setelah disutik dan diberikan obat, tiga hari berselang kondisi saya pulih kembali, namun sekarang tangan kiri saya masih agak kaku belum normal digerakan,” bebernya. Ternyata setelah anak dan dirinya sembuh, giliran berikutnya istrinya Ni Nyoman Serani (37) yang menderita penyakit serupa sejak tiga hari lalu.
“Persendian saya masih ngilu, dan kondisi saya masih lemah,” tutur Serani yang didampingi Astawa. Serani pun mengaku belum berobat ke dokter seperti yang dilakukan oleh suami dan anaknya, hanya berobat di puskesmas.
“Saya baru berobat di Puskesmas saja, hanya diberikan vitamin dan beberapa obat,” bebernya. Selain keluarga Astawa, hal serupa juga menimpa warga setempat lainya Ni Luh Murniati (32).
Gejala panas tinggi, demam disertai persendian ngilu dirasakanya sejak Senin (22/2) malam. “Sepanjang malam saya tidak bisa tidur, selain tubuh panas, persendian juga ngilu sekali,”jelasnya sambil merintih.
Ia yang kini harus istirahat total dari pekerjaanya sebagai petani cengkeh dan kelapa ini, juga sudah berobat ke dokter swasta yang ada di batulumbang, Desa Atap.
“Sekali datang saya disuntik dan diberi obat,”tambahnya. Sementara ongkos yang harus ia bayar sekali berobat sebesar Rp 35 ribu.
“Sudah puluhan orang yang menderita penyakit seperti saya ini,”bebernya. Hal yang sama diderita oleh Nengah Seriati (47). Sebelum tertular Chikunguya, Seriati dalam kondisi fit dan masih kuat mengangkut hasil kebunnya.
“Tapi sejak tiga hari lalu yakni malamnya tubuh saya panas dingin, ditambah beberapa badan sembab begitu juga persendian yang ngilu,”bebernya.
Ia kini hanya bisa berbaring istirahat di tempat tidurnya. “Sekarang sudah agak baikan, namun persendian masih ngilu,”tambahnya yang didampingi suami.
Menurut dokter ditempatnya berobat, dirinya dikatakan menderita penyakit Chikunguya. Warga setempat mengakui satu minggu lalu sudah dilakukan penyemportan (fogging ) oleh petugas desa.
Namun kondisi tersebut belum membuat warga setempat tenang. “Warga masih resah, karena penularan penyakit ini begitu cepat, kami hanya berharap pemerintah segera turun tangan agar penanganan penyakit ini cepat bisa diatasi,” harap Astawa yang seluruh keluarganya tertular Chikunguya.
Reporter: bbn/ctg
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
