Kepala Desa Diancam Mati Lewat Surat Suara

Mendoyo

Kamis, 9 Juli 2009, 16:56 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Gelaran Pilpres 2009 di TPS 2 Dusun Tegak Gede, Yeh Embang Kangin, Mendoyo dikejutkan dengan adanya secarik surat ancaman yang terselip dalam salah satu surat suara. Dalam surat tersebut, si penulis mengancam akan membunuh perbekel atau kelian dinas (kepala dusun) lantaran dinilai pemerintahan di desa tersebut tidak beres.

Dari informasi yang dihimpun, Kamis (9/7) penemuan surat ancaman berawal saat dimulainya penghitungan suara di TPS tersebut. Saat surat suara mulai dihitung, petugas dikejutkan dengan adanya secarik kertas kecil terselip dalam salah satu surat suara yang telah tercontreng.

Setelah dibaca, ternyata dalam kertas kecil tersebut tertulis ancaman ‘Pemerintahan desa tidak beres, hati-hati perbekel/kelian dinas diancam mati!”. Yang kemudian diamankan oleh polisi yang bertugas di TPS tersebut.

Kapolsek Mendoyo AKP Ketut Sukarta seijin Kapolres Jembrana AKBP Ketut Suardana ketika dikonfirmasi Kamis (9/7) membenarkan kalau pihaknya sudah mengamankan surat bernada ancaman tersebut.

“Kami masih melakukan penyelidikan siapa sebenarnya yang menaruh surat ancaman tersebut,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Kamis (9/7) Perbekel Yeh Embang Kangin, Made Ariana mengakui kalau dirinya telah menerima laporan dari KPPS TPS 2 Tegak Gede perihal surat ancaman tersebut. Ariana mengaku menyerahkan sepenuhnya penyelesaian persoalan ini kepada pihak yang berwajib.

“Secara pribadi saya merasa tidak pernah punya masalah dengan siapapun, apalagi sampai menyinggung perasaan warga. Ini mungkin hanya sentimen pribadi,” ujarnya.

Ariana mengakui tidak tahu apa maksud si penulis surat ancaman tersebut. “Apakah ada kaitan dengan masalah politik atau yang lainnya. Tapi saya harapkan itu tidak sampai seperti itu dan hanya perbuatan iseng saja,” katanya.

Di balik kejadian ini, Ariana menduga ada aktor intelektual yang menyuruh seseorang melakukan perbuatan tercela itu. ”Mungkin ada yang menyuruh atau ada pihak ketiga dan mungkin juga ada aktor intelektualnya,” tandasnya.

Jika memang ada yang tidak puas dengan gaya kepemimpinannya, Ariana mengharapkan agar yang bersangkutan menyampaikannya langsung. “Kalau caranya seperti ini, sama dengan pembunuhan karakter,” pungkas mantan Kelian Dinas Tegak Gede ini. (dey)
logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami