The next-generation blog, news, and magazine theme for you to start sharing your stories today!
Save on Premium Membership
Get the insights report trusted by experts around the globe. Become a Member Today!
View pricing plansNew York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comHutan Kintamani Kian Menyempit
BERITABALI.COM, BANGLI.
Luas hutan di Kintamani, Bangli, terus mengalami penyusutan. Penyusutan luas hutan ini disebabkan perambahan hutan dan pencurian kayu yang dilakukan oleh warga sekitar hutan.
Luas kawasan hutan Kintamani, Bangli, kini mencapai 9.340 hektar. Jumlah itu terdiri dari hutan lindung 6.239 hektar, hutan produksi 453 hektar dan hutan wisata alam(WTA) 2.649 hektar. Luas hutan Kintamani ini jauh dari standar yakni 30 persen dari luas daratan. Bahkan lebih tragis lagi terus mengalami penyempitan.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Perhutanan (P3) Bangli Ir I Wayan Sukartana, Rabu (26/11), jumlah luas hutan memang belum sesuai dengan standar yakni 30 persen dari luas daratan.
Untuk melakukan perluasan hutan di daerah ini tidak memungkinkan. Pasalnya kalau di cermati memang tidak ada potensi untuk itu,†ujar Wayan.
Namun demikian, dalam rangka meningkatkan fungsi hidrologis pihaknya kini terus memberdayakan potensi lain yakni kawasan perlindungan jurang. Kawasan ini sudah mencapai 29.232 hektar. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan daya resap air, hingga persediaan air bisa aman.
Bangli merupakan daerah penyangga kabupaten lainya, oleh karena itu pengamanan hutan amatlah penting,†ujar Sukartana seraya tidak membantah ketika dikatakan banyaknya perambahan hutan dan pencurian kayu hutan.
Kawasan hutan dikatakannya sudah banyak diserobot ole masyarakat. Persoalan itu sulit dicarikan solusi, sebab menyangkut persoalan isi perut.
Selain itu ada permasalahan lain dimana petani dalam mengelola usaha taninya belum sesuai dengan pola rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (Relakontan), sehingga beberapa upaya penanganan lahan kritis belum dapat dikatagorikan sebagai penanganan lahan kritis.
Hal itu disebabkan oleh tingkat penerapan tekhnologi Relakontan yang rendah. Dia juga menambahkan potensi lahan kritis juga banyak terdapat di pedesaan sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan banyak faktor lainnya.
Terhadap persolan itu pihaknya melakukan berbagai program dari pengembangan tanah hutan sampai pembinaan kelompok tani berbasis adat.
Reporter: bbn/rob
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
