Akun
user@gmail.com
Beritabali ID: 738173817
Langganan

Beritabali Premium Tidak Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Aktif sampai 23 Desember 2025
New York, USA (HQ)
750 Sing Sing Rd, Horseheads, NY, 14845Call: 469-537-2410 (Toll-free)
hello@blogzine.comTabanan Tanpa Pawai Ogoh-Ogoh dan Petasan
BERITABALI.COM, TABANAN.
Perayaan Tahun Baru Saka 1930 yang jatuh tanggal 7 Maret 2008 mendatang, diinstruksikan Bupati Tabanan tanpa pawai ogoh-ogoh di malam Pengerupukan, Kamis malam (6/3) nanti. Selain itu, perayaan Nyepi juga dihimbau tidak membunyikan petasan dan keplug-keplugan (meriam dari bambu, red).
Intruksi tersebut disampaikan oleh Bupati Tabanan melalui surat bernomor 003.2/122/PP Bintal tertanggal 8 Februari 2008.
Tanpa pawai ogoh–ogoh pada perayaan malam Pengerupukan juga didasari atas surat edaran Gubernur Bali tanggal 15 November 2007 Nomor: 003.2/15.743/Dishub tentang surat edaran berkaitan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1930.
Serta surat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Tabanan.
Instruksi untuk tidak melaksanakan pawai ogoh-ogoh pada saat pengerupuykan bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban yang telah berjalan dengan baik dan kondusif di Tabanan.
Dalam surat edaran tersebut, Bupati juga menghimbau Umat Muslim yang akan melaksanakan Sholat Jumat yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi agar melakukan ibadahnya di Masjid/Mushola terdekat dengan tidak menggunakan kendaraan bermotor.
Penggunaan pengeras suara volumenya agar disesuaikan untuk menjaga kekhusukan Umat Hindu dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian.
Bagi instansi pemerintah dan swasta yang mengemban tugas pelayanan umum pada Hari Raya Nyepi agar menyiapkan petugasnya di tempat sehari sebelum Hari raya Nyepi atau tanggal 6 Maret.
Terkait dispensasi secara tradisional yang dikleuarkjan oleh Desa Pekraman/DesaAdat/Banjar seperti mengangkut orang sakit, melahirkan atau kepancabayan tetap berlaku sesuai tradisi.
Bupati juga menghimbau kepada petugas keamanan yang melaksanakan tugas untuk bertindak santun dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang arogan (over acting). Instruksi tidak diadakannya pawai ogoh-ogoh ternyata ditangapi dingin oleh warga banjar. Mereka tetap membuat ogoh-ogoh untuk merayakan malam pengerupukan di banjar mereka masing-masing.
“Namanya juga instruksi sudah sewajarnya pak Bupati menghimbau seperti itu. Namun kami tetap melaksanakan tradisi mengarak ogoh-ogoh. Untuk tercipta keamanan, kami akan koordinasikan ke banjar pendamping dan aparat kepolisian,” ujar Made salah satu pemuda desa.
Reporter: bbn/nod
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
