Rendah di Pertanian, Tinggi di Bidang Pariwisata
Denpasar
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Minat investor untuk menggarap sektor pertanian di Bali hingga saat ini masih rendah. Sebaliknya, investor masih lebih dominan tertarik pada bidang pariwisata,
khususnya dalam pembangunan sarana akomodasi, seperti pembangunan villa, kendatipun untuk Bali sudah dianggap jenuh dan cenderung menimbulkan banyak permasalahan.
“Pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih bersifat ‘growth oriented’, sehingga prinsip ‘trickle down effect’ tidak terjadi dan tidak berkualitas,†tandas Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali, Made Adhi Djaya.
Hal itu terjadi, menurut Adhi Djaya, karena investasi yang terealisasi bukan pada sektor yang berbasis ekonomi kerakyatan (UMK), melainkan masih digerakkan oleh investasi di sektor tersier/sekala besar.
Adhi Djaya juga menyebutkan terjadi ketimpangan dalam upaya pemerataan pendapatan, dimana hanya 20% dari penduduk berpendapatan tinggi menyerap 40% dari total pendapatan Bali.
Atas kondisi tersebut, menurut Adhi Djaya perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif, terutama diarahkan pada upaya mendorong tumbuhnya usaha-usaha di sektor pertanian, dan industri yang berorientasi pada bahan baku produk pertanian.
Selain itu, kata Djaya, perlu didorong terwujudnya keterkaitan yang erat antar sektor pertanian, industri dan pariwisata.
“Setiap investasi yang dilakukan harus mempertimbangkan aspek-aspek modal sosial dan lingkungan secara cermat dengan mengacu kepada kondisi geografis dan rencana tata ruang yang ada,†ujar Adhi Djaya. (sss).
Reporter: bbn/ctg
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
