Prostitusi di Bali Utara [2], PSK Bungkulan Siapkan Layanan "Murah Meriah"
Kamis, 27 Juli 2017,
08:05 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Beritabali.com, Buleleng. Satu lokasi prostitusi yang masih bertahan saat ini di Buleleng adalah di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan. Lokasi ini sangat mudah ditemukan, berada lintasan Jalan Singaraja-Amlapura. Lokasi ini dikenal sebagai tempat prostitusi yang "murah meriah" di Buleleng. Hanya dengan Rp 100 ribu, "konsumen" akan mendapat "pelayanan" yang memuaskan.
Echa (22), hanya nama panggilan, mengaku tidak menetap di kawasan itu. Setiap beberapa bulan ia akan berpindah mencari tempat yang baru. Bungkulan menurutnya tempat yang aman dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dalam sehari Echa mampu mendapat lima hingga tujuh "customer" laki-laki hidung belang untuk tidur bersamanya. Bahkan ada juga yang "bermalam".
[pilihan-redaksi]
“Mau apalagi pak, ya terpaksa bekerja kayak begini, sekali masuk ada tamu, saya mendapatkan seratus ribu, nyetor ke mami 50 dan saya mendapat 50. Dalam sehari saya melayani dua sampai lima tamu, itu kalau ramai, kalau lagi sepi, satu sudah bersyukur,” ucap Echa, yang mengaku frustasi karena suaminya kawin lagi.
Echa yang berpenampilan cantik dengan rambut sebahu itu mengaku hanya tamat SMP saja, sehingga untuk mencari pekerjaan tidak bisa dilakukan, apalagi setelah diceraikan oleh suaminya lantaran sang suami kepergok selingkuh dengan tetangganya.
“Saya frustasi, gara-gara pergoki suami selingkuh dengan tetangga dan marah-marah, kemudian saya diceraikan, saya tidak bisa kerja dan ijazah saja hanya sampai SMP, memang sih saya kawin muda,” ungkap Echa, kepada Klik Singaraja (Berita Bali Network).
Di lokasi prostitusi Bungkulan, memang ada beberapa rumah penduduk yang menampung para pekerja seks komersil (PSK) yang sebagian besar berasal dari Jawa Timur. Bahkan ada juga yang berasal dari luar Pulau Jawa.
“Saya dari Kalimantan, pak, baru beberapa minggu disini, saya merantau mencari uang untuk dua anak saya di Kalimantan, biaya mereka sekolah dan makan, mungkin sudah nasib saya seperti ini, kalau di keluarga saya pamitan kerja di Bali sebagai pembantu rumah tangga, ya biar dapat uang saja, pak,” ungkap Siska (40), salah satu PSK lainnya.
Siska mengaku, awalnya saat bekerja sebagai PSK pertama kali merasa cangung untuk melayani ‘konsumen’ yang datang. Namun karena terpaksa, akhirnya menjadi kebiasaan. Bahkan tidak jarang setelah memberikan pelayanan di ranjang dengan memuaskan akan mendapatkan uang tips tambahan.
“Ada juga sih, kalau mereka puas dengan pelayanan saya, kadang-kadang bayarannya lebih,” ujarnya.
Tidak jarang juga, para PSK di Bungkulan harus berhadapan dengan ‘konsumen’ yang terkadang tidak mau membayar setelah bermain di ranjang.
[pilihan-redaksi2]
“Pernah juga sih, ada yang mau kabur tidak mau bayar habis main, ya itu diurus oleh boss sama keamanan di sini,” ujar Echa.
Selain Echa dan Siska, sedikitnya masih ada belasan PSK yang menggantungkan hidup dengan kegiatan prostitusi tersebut. Pelayanan esek-esek di lokasi itu dibuka dari siang hingga tengah malam. Bahkan ada juga ‘konsumen’ yang menginap dan tentunya tarif yang harus dibayar berbeda.
Menyusuri perkampungan prostitusi di Bungkulan itu tidaklah sulit. Jarak antara penampungan PSK hampir berdekatan. Bahkan keberadaan PSK itu juga menguntungkan warga setempat yang berjualan di sekitar lokasi tersebut, terutama di malam minggu.
Sejumlah PSK di Bungkulan juga mengaku mendapat perlindungan keamanan di tempat tersebut, bahkan hampir setiap minggu ataupun setiap bulan harus memberikan setoran kepada sejumlah pihak-pihak terkait.
“Ya, itu, dari uang yang kita dapatkan diserahkan ke mami, nantinya juga untuk membayar keamanan,” ujar seorang PSK.
Cara beda juga dilakukan untuk mengaet para ‘konsumen’ di Bungkulan, selain sejumlah rumah-rumah menyediakan tempat khusus untuk pelayanan esek-esek, ada juga dikemas dengan membuka usaha tempat minum atau café. Dan bukan rahasia lagi layanan plus-plus akan ditemukan ditempat itu.
“Kalau yang di sebelah sana itu sudah agak berumur semua, dan kalau ditempat ini masih ada yang muda-muda, saya sering ke sini dan menikmati suasana disini, kadang sampai pagi baru pulang,” ujar salah satu pengunjung café.
Lokasi esek-esek selain Bungkulan juga bisa ditemukan di Desa Pengulon, Kecamatan Gerokgak tidak jauh dari Kawasan Pelabuhan Laut Celukan Bawang. Lokasi itu dikenal dengan Malvinas, namun setahun terakhir tempat esek-esek yang dikemas dengan warung-warung itu telah dibongkar oleh Desa setempat bersama pihak-pihak terkait. Namun justru kini para PSK yang tergusur melakukan prakteknya di rumah-rumah yang mereka sewa.(bersambung)[bbn/ksc/psk]
Sebelumnya, baca part I di tautan berikut : Prostitusi di Bali Utara [1], Mau "Ayam Kampus" atau Gadis SMA ?
Berita Buleleng Terbaru
Reporter: -