Pendidikan yang Tinggi Belum Tentu Menghasilkan Orang Terdidik
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Saat ini di Indonesia masih banyak masalah mengenai tindakan kriminal dan memalukan seperti korupsi, suap, dan masih banyak lagi. Namun, anehnya hal tersebut dilakukan oleh orang-orang pintar yang bergelar sarjana dari berbagai lulusan universitas ternama.
Sekolah tinggi hingga bergelar doctor atau bahkan professor nyatanya belum tentu mampu mengubah kelakuan seseorang. Berdasarkan pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW), sepanjang 2021 ada 1.282 perkara tindak pidana korupsi yang disidangkan, dengan jumlah total terdakwa 1.404, ini bukan perkara yang kecil melainkan ini semua ada indikasi kolusi.
Di tahun ini dilansir dari laman resmi KPK, dalam semester pertama tahun 2022, KPK telah melakukan 66 penyelidikan, 60 penyidikan, 71 penuntutan, 59 perkara inkracht, dan mengeksekusi putusan 51 perkara. Sebenarnya, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Sekolah hingga ke Perguruan Tinggi untuk mendapatkan gelar doktor atau bahkan profesor ternyata belum cukup untuk mengubah tindakan seseorang.
Sebagian sekolah hingga perguruan tinggi Indonesia memang berhasil membentuk orang-orang pintar tetapi, tidak ada jaminan orang tersebut menjadi terdidik. Seperti yang kita ketahui bahwa pola pendidikan umum di Indonesia hanyalah mengajarkan bidang keilmuan seperti pengetahuan dan teknologi saja.
Namun, saat ini pendidikan mengenai budi pekerti cenderung dilupakan sehingga banyak orang pintar yang menjadi tidak terdidik. Seharusnya orang terdidik adalah orang yang berpendidikan tinggi yang tidak hanya menempuh pendidikan formal saja tetapi juga pendidikan nonformal.
Inilah mengapa banyak sekali pelaku kejahatan didominasi oleh orang pintar, salah satunya adalah para pelaku tindak korupsi. Padahal, jika dilihat kembali masih banyak orang-orang terdidik di luaran sana yang mampu memimpin, tetapi tidak dipilih.
Orang Pintar Belum Tentu Terdidik
Sekolah tinggi hingga bergelar doctor atau bahkan professor nyatanya belum tentu mampu mengubah kelakuan seseorang menjadi yang lebih baik. Mungkin sekolah tinggi di Indonesia telah berhasil menghasilkan orang-orang pintar namun belum tentu menghasilkan orang yang terdidik.
Buktinya masih banyak penjahat yang bergelar sarjana bahkan professor yang harus mendekam di penjara. Pola pendidikan formal di Indonesia memang hanya mengajarkan bidang keilmuan pengetahuan dan teknologi saja yang membuat orang semakin pintar.
Namun sayangnya dalam hal budi pekerti yang membuat orang menjadi terdidik tidak sepenuhnya diajarkan. Dari situlah sebabnya mengapa orang pintar masih banyak yang melakukan tindakan memalukan diri sendiri bahkan masyarakat Indonesia, contohnya seperti korupsi.
Mungkin memang hanya di Indonesia mantan narapidana korupsi masih bisa dijadikan pemimpin sebuah instansi. Hal ini bukankah seharusnya menjadi hal yang memalukan bagi semua pihak, padahal masih banyak orang yang terdidik di luar sana tapi tidak dipilih.
Pola Pendidikan yang Salah
Melihat fenomena tersebut, sepertinya ada yang salah dari pola pendidikan formal di Indonesia dan harus dikaji ulang. Pola pendidikan formal yang selama ini mengedepankan pengajaran keilmuan pengetahuan dengan prestasi sebagai tolak ukur yang membuat orang semakin pintar. Sehingga orang pintar tersebut menjadi orang yang kurang dalam hal etika, moral dan selalu menindas masyarakat yang lemah.
Bagi orang yang terbiasa dididik dengan melihat hasil saja memang tidak akan mempedulikan bagaimana cara atau proses mendapatkannya. Tidak peduli caranya benar atau tidak yang ditempuh, yang penting hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Karena diukur dengan prestasi pula, sehingga mereka akhirnya memilih menggunakan proses yang singkat.
Pola pendidikan yang diterapkan hanya berfokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi saja, sehingga hanya tercipta orang pintar tanpa memiliki akhlak yang baik. Alhasil, orang-orang pintar tersebut memanfaatkan kepintarannya untuk melakukan kejahatan dan menindas yang lemah. Inilah penyebab mengapa orang pintar masih banyak melakukan tindakan yang memalukan. Padahal seharusnya merekalah yang menjadi pemimpin yang baik untuk negara ini.
Masih banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi dan mengaku beragama, tetapi perilaku mereka sangat tidak mencerminkan orang yang memiliki pendidikan yang tinggi. Contohnya, para anggota dewan yang katanya terhormat malah banyak yang tertangkap karena korupsi atau penyuapan. Mirisnya saat mereka tertangkap oleh pihak yang berwajib, mereka masih bisa tenang dan melemparkan senyum manis kepada masyarakat.
Revisi Sistem Pendidikan Formal Bisa Jadi Solusi
Jika sistem pendidikan formal di Indonesia segera di revisi dengan mementingkan proses tidak hanya hasil ini akan mencetak orang-orang terdidik. Bagi orang yang terbiasa dididik dengan melihat hasil saja memang tidak akan mempedulikan bagaimana cara atau proses mendapatkannya. Tidak peduli cara benar atau tidak yang ditempuh yang penting hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Di situlah letak kesalahan sistem di negeri ini, yang membiarkan anak didiknya menggunakan segala cara untuk memperoleh hasil yang ditargetkan. Padahal cara yang ditempuh seharusnya juga masuk ke dalam penilaian apakah caranya benar atau caranya salah. Dengan demikian artinya memperhatikan proses untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Banyak orang terhormat di Indonesia yang tertangkap tangan melakukan tindakan korupsi dan penyuapan. Hanya di Indonesia orang yang terbukti bersalah sebagai narapidana korupsi dengan santainya bersikap tenang sambil melemparkan senyum yang lebar kepada masyarakat. Dengan bangganya memiliki gelar tinggi dan mengaku sebagai orang yang beragama, namun tindakan yang mereka buat jauh dari kata agama dan pendidkan yang mereka dapat.
Untuk itu pola pendidikan formal harus diimbangi dengan pendidikan karakter untuk menghasilkan orang pintar yang terdidik. Dengan pendidikan karakter dapat mengajarkan kepada manusia agar taat kepada norma agama maupun sosial, dan menjadi manusia berbudi pekerti luhur serta memiliki sikap yang bertanggung jawab.
Saatnya pemerintah dan perguruan tinggi membenahi pola pendidikan formal di Indonesia agar lebih maju dan berkualitas. Impact dari sistem pendidikan yang mementingkan proses adalah lahir orang-orang pintar yang terdidik bukan orang pintar yang sok pintar. Jika Indonesia mampu mengubah sistem pendidikannya menjadi seperti ini, maka bukan tidak mungkin jika Indonesia akan bersih dari korupsi.
Saatnya semua pihak berjuang dan mewujudkan Indonesia bersih dari korupsi melalui bidang pendidikan. Pendidikan bisa dimulai dari usia dini, orang tua di rumah harusnya juga berusaha menciptakan calon orang terdidik bukan hanya orang pintar.
Penulis
Aretha Balqis Suci Laurient
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/opn