Kawin Usia Muda dan Diperkosa Mertua
Minggu, 3 Juni 2018,
08:43 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Kali ini saya menulis tentang sebuah kisah hidup, yang mungkin dapat diambil perjalanan kisahnya sebagai sebuah pengalaman, untuk diambil nilai dan hikmahnya.
Teringat kembali akan seorang pasien saya, sebut saja Rheina, 20 tahun usianya kini, cantik, tetapi putus sekolah. Hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMA, karena dihamili pacarnya. Rama namanya.
Mereka berdua terpaksa menikah sebagai solusinya. Setahun lalu ternyata mereka bercerai dan anak yang masih belum genap berusia tiga tahun dibawa pihak laki-laki. Penyebab bercerai bikin miris, silakan dibaca selengkapnya.
Rheina adalah seorang pelajar yang pintar. Selama bersekolah, selalu menjadi tiga besar di kelas. Dan pelajaran yang disenangi justru Matematika dan Fisika, karena Rheina menyukai tantangan. Kedua pelajaran itu nilainya selalu bagus, malah paling bagus di kelas.
Banyak guru, termasuk guru kelas dan wakil kepala sekolah, menyukainya sebagai siswi unggulan dan favorit di sekolah, sering menjadikan Rheina sebagai contoh siswi teladan di sekolah, karena di samping pintar Rheina juga aktif di kegiatan siswa, sebagai enam belas besar pengurus OSIS. Karena cantik, komunikatif, dan supel, Rheina punya banyak teman dan diterima di berbagai kelompok siswa.
Di rumah, dukungan buat Rheina juga sangat besar dari kedua orang tuanya, terutama materi. Papanya seorang pengusaha pariwisata. Mamanya, di rumah saja, sebagai ibu rumah tangga. Orang tuanya juga bangga dengan putrinya yang pintar di pelajaran dan dikenal aktif berorganisasi. Apapun yang diminta, selalu dipenuhi orang tuanya. Buat kendaraan harian, Rheina diberikan sebuah mobil oleh papanya.
Tetapi, sering kali jalannya hidup tidak sesuai dengan harapan. Ada benarnya beberapa pendidik serta juga lembaga-lembaga informasi dan pelayanan remaja sering mengingatkan tentang pentingnya informasi tentang pacaran sehat, karena tidak semua remaja telah paham risiko dari berpacaran. Termasuk Rheina.
Sejak awal kelas dua, Rheina berpacaran dengan Rama, kakak kelasnya. Rama juga dikenal sebagai aktivis sekolah, aktif di berbagai organsasi di sekolah. Rama bukan pacar pertama Rheina, karena Rheina sudah beberapa kali pacaran sejak SMP. Biasanya pacaran untuk mengisi waktu dan untuk tempat curhat dan teman jalan-jalan. Tetapi dengan Rama, semuanya serba berbeda.
Dengan Rama, pacaran Rheina tidak lagi sehat, dengan alasan untuk membuktikan cintanya, Rheina luluh menerima ajakan Rama untuk melakukan hubungan seksual, karena bagi Rama itu adalah hal biasa sebagai tanda cinta. Menjadi hal biasa, karena teman-temannya juga melakukan hal yang sama.
Sebulan sejak berpacaran dengan Rama, Rheina sudah diajak berhubungan seksual, dengan sering kali tidak lagi mengingat risiko yang mengintip: hamil, atau infeksi menular seksual, karena mereka sering kali melakukan hubungan tanpa menggunakan kondom sebagai proteksi.
Pertama kali dilakukan di jok belakang mobil Rhena, dan lebih sering lagi di rumah Rama, karena sering kosong. Akhirnya, memang bisa diduga, dua bulan berikutnya, saat lewat ulangan semester, Rheina mendapatkan dirinya hamil, setelah dua kali memeriksakan dengan alat tes kehamilan. Ini tentu saja membuatnya panik, malu, sedih, kalut, bercampur jadi satu saat itu.
Rheina tidak memberanikan diri ke sekolah, belum lagi kondisi fisiknya yang mulai menurun karena sering letih, lesu, pusing, dan muntah-muntah. Rama yang dimintakan tanggung jawab, awalnya menolak dan minta Rheina membeli obat penggugur kandungan, tetapi akhirnya tidak bisa berkelit setelah Rheina menceritakan semua ke orang tuanya, dan orang tuanya yang memaksa Rheina untuk melanjutkan kehamilan dan menuntut pertanggung jawaban Rama.
Sempat terjadi ketegangan saat semuanya dihadapkan kepada orang tua Rama, yang tidak menduga akan mendapatkan kejadian seperti ini, terlebih memang ayah dari Rama, yang saat ini hanya sendiri mengurus Rama karena ibu Rama telah lama meninggal karena sakit, jarang sekali sanggup berkomunikasi yang cukup dengan Rama karena sering bertugas di luar kota.
Ayah Rama sempat berpikir belum saatnya putranya sanggup untuk berkeluarga dan menjadi seorang bapak, karena belum selesai bersekolah dan dia berniat menyekolahkan anaknya nanti ke perguruan tinggi di ibu kota.
Tetapi semuanya harus dilalui, harus dijalankan, sebagai bentuk tanggung jawab. Ayah Rama atas tuntutan dari keluarga Rheina, melanjutkan semuanya dengan menikahkan anaknya, lewat upacara sederhana tanpa mengundang banyak orang, di sebuah Griya. Diselesaikan di sana.
Upacara usai. Pernikahan menjadi resmi. Terlihat semua menjadi selesai, solusi didapatkan. Perubahan yang harus dilakukan sebagai konsekuensi pernikahan inipun juga terjadi. Rheina tidak lagi tinggal di rumah kedua orang tuanya. Rheina juga berhenti sekolah, dan mulai saat itu menjaga diri dan kehamilannya. Sementara Rama, tetap bersekolah, walau akhirnya juga memilih pindah sekolah untuk menghindari rasa malu di sekolah lamanya.
Apakah semuanya akhirnya bisa berjalan lancar? Ternyata tidak. Selama Rheina hamil, memang tidak ada masalah berarti, walau mulai muncul ada yang aneh pada mertuanya. Mertuanya terlihat semakin perhatian pada Rheina, terutama saat suaminya tidak di rumah untuk bersekolah. Terlihat bertambah sayang.
Keanehan semakin berlanjut justru setelah Rheina akhirnya melahirkan anaknya, laki-laki. Mertuanya semakin jarang ke luar kota, malah sering di rumah, menemani Rheina dan bayinya di kamar, dengan alasan kangen, sayang, dan ingin dekat dengan cucunya. Terutama saat Rama bersekolah, mertuanya sering masuk ke kamar Rheina, kali ini sering mengelus-elus rambut dan tangan Rheina, sesekali sambil mencium pipi Rheina. Yang semuanya masih dibiarkan oleh Rheina.
Hingga sampai pada suatu hari, Rama minta ijin untuk berkemah bersama teman-teman sekolahnya, sebelum persiapan ujian nasional, menginap satu hari. Di situ muncul kejadian pertama, menjelang tengah malam, di rumah, mertua Rheina masuk ke kamar Rheina dan mengunci pintu dari dalam, dengan setengah memaksa, meminta Rheina mau mengikuti niatnya, dengan spontannya langsung bilang, meminta Rheina untuk mau memenuhi dorongan seksual mertuanya untuk berhubungan seksual, dengan rayuan karena selama ini sudah tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual sejak ditinggal istri.
Rheina dipuji, dibilang cantik, seksi, menggairahkan dan diminta untuk menuruti kebutuhan biologisnya. Untung saja Rheina menolak, berteriak, dan bayinya terbangun, sehingga semua niat buruk mertua menjadi gagal terjadi.
Kejadian ini tidak berhenti sampai di sana. Dalam beberapa kesempatan lain, rupanya tidak membuat mertua Rheina menjadi takut dan menyerah, malah menjadi-jadi memberanikan diri, tetapi selalu gagal. Bahkan pernah mertua Rheina dengan nekat menyamperi Rheina yang sedang mandi saat bayinya tertidur, mendobrak pintu kamar mandi, dengan tidak menggunakan pakaian. Rheina lolos, karena saat itu dia sudah waspada, membawa sebuah pisau sambil mandi yang kemudian diacungkannya ke mertuanya. Sampai dengan kejadian inipun, Rheina masih diam dan belum bicara pada suami, maupun orang tuanya.
Sampai akhirnya, suatu hari, terulang kembali upaya percobaan perkosaan, di ruang tamu rumah, hampir saja mertua Rheina berhasil melakukannya karena sudah sampai sempat merobek paksa baju yang dikenakan Rheina, tanpa disangka Rama melihat semuanya, saat mendadak pulang untuk mengambil hp nya yang tertinggal di rumah.
Rama emosi, bertengkar hebat dengan ayahnya. Yang tidak disangka juga terjadi, Rama malah sama sekali tidak berniat membela Rheina karena menganggap apa yang dilihatnya sudah sering terjadi. Dia menganggap sudah sering terjadi hubungan seksual dengan paksaan tanpa dia ketahui. Rama malah merasa kecewa, jijik dan menyalahkan Rheina yang dituduhnya telah menggoda ayahnya dengan sering berpakaian seksi di rumah. Rama pun tetap bersitegang juga dengan ayahnya yang dianggapnya tidak tahu diri.
Kejadian ini berbuntut panjang dan merubah segalanya. Rheina pulang ke rumah orang tua kandungnya tanpa membawa bayinya. Rama juga pergi, membawa bayinya, meninggalkan ayahnya yang saat itu tidak meminta maaf, malah mengusir anaknya dari rumah.
Tiada lagi yang bisa dipertahankan lagi. Semua tidak ada yang ideal untuk dilanjutkan. Rheina memang lebih baik kembali ke rumah bajangnya, rumahnya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Hanya saja, bagaimana dengan anaknya?
Ibarat nasi telah jadi bubur, semuanya sudah terlanjur berantakan, tinggal bagaimana semua masalah bisa terselesaikan. Rheina menyetujui permintaan orang tuanya untuk tidak usah melapor ke kepolisian kasus upaya perkosaan berkali-kali yang gagal, karena bukti dan saksi yang tidak kuat. Belum lagi jika masuk ke pengadilan, akan membawa rasa malu tambahan di mata masyarakat. Yang bisa dilanjutkan adalah permintaan untuk bercerai, yang singkat cerita akhirnya memang digelar, dengan dikabulkan permintaan cerai, tetapi hak asuh diberikan kepada Rama dan keluarganya, atas jaminan dari keluarga besarnya.
Terakhir kabarnya Rama sudah selesai ujian nasonal, dan menurut kepada ayahnya untuk melanjutkan kuliah di ibu kota, sementara anaknya dititipkan kepada keluarga bibinya.
Tinggal akhirnya Rheina, sendiri, tanpa buah hatinya, di rumah asal, sehari-hari tidak melakukan apa-apa sambil menunggu untuk melanjutkan sekolahnya yang terhenti.
Lalu, apa yang bisa diambil hikmah dari kisah hidup ini? Tentunya banyak hal, dan Anda sudah bsa menebak dan menentukan juga masing-masing. Bagaimanapun juga pergaulan remaja jaman sekarang akan lebih baik mendapatkan dukungan dan pendampingan yang lebih baik, sejak di rumah, dengan meningkatkan komunikasi, support, sekaligus pengawasan terbaik. Tidak cukup dengan memberikan materi dan membebaskan apa saja semaunya.
Demikian pula di sekolah, sudah selayaknya sekolah juga tidak terbuai akan prestasi sekolah semata, tetapi jadikanlah kembali sekolah menjadi tempat remaja pelajar mendapatkan bimbingan dan pendidikan terbaik untuk membuat mereka menjadi mandiri dan bertanggung jawab, tidak hanya buat nilai pelajaran, prestasi, tetapi juga kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat, untuk menghindari pacaran remaja yang tidak sehat, yang berisiko infeksi menular seksual dan kehamilan usia dini. Semoga bisa diambil manfaat dan hikmahnya.[bbn/dr.oka negara/psk]
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/psk