Dikenal Suka Foya-Foya dan Gonta-Ganti Brondong
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Turis wanita Jepang yang tewas dibunuh di Kuta, Hiromi Shimada (41), oleh para tetangganya dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Korban juga dikenal suka foya-foya di tempat hiburan malam dan suka gonta-ganti laki-laki muda atau ABG alias brondong.
Menurut keterangan para tetangga, awal bulan Januari 2010, korban rencananya akan dideportasi ke negaranya. Ini karena KITAS atau kartu ijin tinggal di Bali yang dimilikinya sudah overstay atau lewat batas waktu dua bulan. Namun, korban tidak mau karena masih betah tinggal di Bali, ujar tetangga korban yang enggan ditulis namanya. Beberapa teman dekat korban mengatakan, setiap pagi korban sangat kompak dengan tetangga yang tak jauh dari tempat tinggal rumahnya.
Salah satu tetangga dekat korban, Hartono, mengatakan, terakhir kali dia bertemu dengan korban, pada Jum’at (25/12) sekitar pukul 11 00 Wita. Waktu itu Hartono melihat korban seperti mengidap kelainan jiwa.
Dia saya lihat nyembah-nyembah, kadang dia itu kumatan, ngomong sendiri, bebernya.Hartono mengatakan, selain dikenal baik, korban juga pemabuk berat. Jika pulang ke rumah kontrakannya, korban seringkali membawa tas kresek berisi minuman keras.
Korban juga memiliki sifat gemar berfoya poya di tempat hiburan malam di Kuta. Namun jika sedang tidak punya uang, korban biasanya suka meminjam kepada para tetangga.
Korban punya hutang Rp 3 juta di warung dekat jalan raya Tuban. Saya aja pernah kasih dia uang Rp 13 ribu, sekadar pinjaman katanya, tutur Hartono yang bersama warga lainnya di lokasi.
Semiskin itukah Hiromi?
Tidak juga. Menurut keterangan para tetanga, Hiromi mengaku sering mendapat kiriman uang dari neneknya di Jepang, untuk biaya hidupnya di Bali.
Hanya saja, dalam waktu dua minggu, uang sebesar Rp 10 sampai 20 juta ludes untuk foya foya.
Hartono mengatakan, korban beralamat tetap di Sainata, Jepang, sudah lama cerai dengan suaminya. Dari pernikahan itu sudah dikarunia anak satu. Tapi setelah bercerai, anak kandungnya ikut jejak bapaknya.
Hiromi kemudian menjadi putus asa. Akibatnya dia cenderung gonta ganti pacar.
Korban sudah biasa mengajak anak laki-laki ABG (anak baru gede) ke rumah kontrakan, malah kadang dua orang sekaligus. Dulu dia pernah cerita sama saya, selalu ngasih uang ke anak-anak itu, kadang Rp 500 ribu atau Rp 300 ribu, timpal warga lain.
Rumah kontrakan korban yang dibayar pertahun Rp 1 juta itu, tergolong cukup besar untuk hidup sendiri. Di rumah itu terdapat tiga kamar. Dua kamar tidak terpakai, satu kamar lagi dipakai oleh korban sendiri.
Kamar korban tidak ada isinya. Baju baju korban terlihat bergantungan.
Di halaman rumah, juga menumpuk tumpukan sampah plastik. Puluhan botol air mineral dan botol minuman keras juga berserakan. Ada juga beberapa kondom bekas, di lokasi kejadian.
Rumah kontrakan agak jauh dari rumah warga lainnya, sekitar 200 meter. Di depan dan samping rumah hanya area persawahan. Tidak ada lampu yang menerangi jalan menuju rumah kontrakan korban. (spy)
Reporter: bbn/bgl