search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dampak Sebenarnya Penggunaan Ineks Dalam Melakukan Seks
Minggu, 23 Januari 2022, 17:10 WITA Follow
image

bbn/inews.id/Dampak Sebenarnya Penggunaan Ineks Dalam Melakukan Seks

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Sering kali ada pertanyaan terkait pengunaan ineks atau ekstasi saat berhubungan seks. Apakah malah membuat berhubungan seks tambah hebat dan tidak berbahaya?. Oleh karena itu dr.Oka Negara, M.Biomed, FIAS memberikan penjelasan sebagai berikut. 


Sudah terlalu banyak penelitian yang menjelaskan tidak ditemukan efek yang benar-benar positif dari penggunaan narkoba pada hubungan seksual. Kalaupun dirasakan ada, semua sifatnya adalah bukan efek pasti, tetapi justru karena efek dari karakter narkobanya semata. Narkoba jenis stimulansia (misalnya ekstasi dan ineks) karena otak dipacu bekerja lebih dari semestinya, terkesan bahwa ada manfaat dalam meningkatkan potensi seksual. Itu keliru, ibaratnya hanya dipacu sejenak dan kendor setelahnya.


Sementara tipe yang lain, jenis depresan (seperti heroin atau putauw), dirasa bisa membawa rasa lebih tenang dan nyaman, padahal yang terjadi adalah efek penekanan saraf otak dari heroin. Itu juga semu. Penggunaan jenis narkoba depresan cenderung membuat pengguna lebih sulit mempertahankan rangsangan seksual dan pencapaian orgasme. Yang perlu dicatat, semakin tinggi dosis yang digunakan, semakin besar efek negatif yang ditimbulkan. Dan tentu saja  bahaya ketergantunganpun menanti. 


Kalaupun tetap dipaksakan dan akhirnya seseorang terbiasa untuk menggunakan narkoba dalam berhubungan seks, mereka akan merasa tidak berdaya untuk berhubungan seks normal tanpa bantuan narkoba. Ini disebabkan oleh adanya ketergantungan psikis terhadap jenis narkoba tertentu sehingga berakibat negatif pada fisik, terutama fungsi motorik organ seksual. Dalam prakteknya di lapangan malah sering kali banyak juga yang bereksperimen dengan mencampurnya dengan bahan atau obat lain. Ini malah bisa jadi lebih berbahaya. Mencampur alkohol dengan ineks dapat meningkatkan tekanan pada jantung secara tajam.  


Ineks atau ekstasi dikenal sebagai “club drugs” paling populer, paling banyak dipromosikan dari mulut ke mulut dan sekaligus dikenal juga sebagai “hug drug” yang paling banyak digunakan sebagai bahan tambahan untuk partner berhubungan seksual sesudah pil biru viagra. Sangat banyak yang masih percaya ineks dapat meningkatkan kenikmatan dan kualitas seks. Sayangnya, semuanya sama sekali tidak memiliki dasar ilmiah. Justru yang kerap terjadi malah sebaliknya. Dan sudah banyak kasus fatal, nyawa melayang gara-gara ineks, yang merupakan turunan amfetamin ini. 


Dalam riset yang menghubungkan antara ineks dan kenikmatan seks disebutkan justru ineks bertendensi membuat laki-laki menjadi sulit mengalami ereksi yang maksimal. Memang faktanya banyak pengguna mengakui peningkatan rangsangan seks ketika menggunakan ineks, tapi selanjutnya justru yang terjadi seperti pada kebanyakan stimulansia lainnya yang pada akhirnya justru memicu disfungsi seksual. Demikian juga, ineks sering membuat penggunanya menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan atau sensasi seksual lainnya, namun pada akhirnya ineks sesungguhnya membawa efek terbalik pada kebanyakan pengguna sehingga menurunkan kenikmatan seksual. Efek lanjutnya juga jika ineks digunakan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan depresi yang kemudian akan menuju kepada disfungsi ereksi psikogenik.


Jadi, sesungguhnya semua efek psikis yang diduga membantu potensi seksual yang ditimbulkan narkoba sangat tergantung pada dosis, situasi, mood dan kebugaran seseorang. Bisa jadi anda menyukai seks ketika “fly” karena narkoba atau alkohol. Namun hal ini tidak dapat bertahan lama, satu per satu masalah akan muncul. Itu artinya efek yang dikejar selama ini adalah efek palsu. Seringkali kekuatan sugesti otak manusia yang mampu mendominasi untuk mempersepsi efek tertentu yang kemudian diyakini sebagai sebuah kebenaran, padahal  kebenaran sesungguhnya yang terjadi adalah sebaliknya.

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami