News

Kisah Pangeran Saudi Dipaksa MbS Lepas Gelar Putra Mahkota Bagai Mafia

 Kamis, 01 Desember 2022, 11:47 WITA

beritabali.com/cnnindonesia.com/Kisah Pangeran Saudi Dipaksa MbS Lepas Gelar Putra Mahkota Bagai Mafia

IKUTI BERITABALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Beritabali.com, Dunia. 

Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Nayef tak pernah menyangka statusnya sebagai penerus takhta kerajaan bisa lenyap begitu saja hanya dalam semalam. Pangeran Nayef mengemban gelar Putra Mahkota Saudi pada 2015. Namun, pada Juni 2017, Raja Salman mencopot Nayef, keponakannya, dari jabatan Putra Mahkota dan menggantinya dengan sang anak, Mohammed bin Salman (MbS).

Pada 21 Juni 2017, Press Agency mengkonfirmasi 31 dari 34 anggota Dewan Kesetiaan Arab Saudi memilih MbS sebagai putra mahkota menggantikan Nayef. Sejumlah pihak telah mengendus upaya "kudeta" ini.

Melansir The Telegraph, perubahan suksesi kerajaan Saudi ini juga telah diprediksi sejak Desember 2015 oleh sebuah memo publik yang sangat blak-blakan diterbitkan oleh Badan Intelijen Federal Jerman.

Dalam laporannya berjudul "The Godfather, Saudi-Style: Inside the Palace Coup that Brought MBS to Power", wartawan surat kabar The Guardian Anuj Cophra menceritakan kronologi kudeta yang dilakukan MbS sampai akhirnya bisa merebut gelar kedua terkuat di Saudi setelah Raja.

Baru dua tahun menjabat, Pangeran Nayef, putra dari mendiang Pangeran Nayef bin Abdulaziz Al Saud, dipaksa menyerahkan statusnya sebagai penerus takhta kerajaan kepada sepupunya, MbS, melalui kudeta kejam bak geng-geng mafia.

Menurut sejumlah sumber dari dalam istana kerajaan, Nayef yang merupakan keponakan Raja Salman telah dipaksa mundur sebagai Putra Mahkota Saudi sejak pertengahan 2017. Saat itu, Raja Salman, ayah MbS, sudah menjabat sebagai pemimpin kerajaan.

Sementara itu, MbS menjabat sebagai wakil Putra Mahkota di bawah Nayef. Puncak ketegangan dalam keluarga kerajaan terjadi sekitar awal Juni 2017.

Saat itu, Nayef dan MbS berbeda pendapat soal menangani perselisihannya dengan Qatar. Berbeda dengan pandangan Nayef, MbS dan otokrat regional lainnya tetap memberlakukan blokade terhadap Qatar hingga memutus hubungan diplomatik antara Riyadh-Doha.

Nayef juga memliki masalah dengan Qatar, tapi ia memilih pendekatan diplomasi diam-diam ketimbang pendekatan agresif yang dilakukan MbS.

Di tengah krisis itu, pada 20 Juni 2017, Nayef dipanggil ke istana mewah Raja Salman yang menghadap Ka'bah di Makkah. Menurut sumber dekat dengan Nayef, ketika tiba, sang putra mahkota diminta untuk menunggu di luar terlebih dahulu.

Pangeran Nayef dan sejumlah staf hingga ajudannya yang ikut bahkan dipaksa menyerahkan seluruh gadget seperti ponsel dan laptop yang dibawa sebelum masuk istana. Hal itu dilakukan demi mencegah kebocoran informasi.

Sementara itu, seorang anggota senior keluarga kerajaan yang ingin memasuki istana setelah Nayef bahkan dicegat. Setelah masuk istana, Nayef disebut diantar ke sebuah ruangan dengan orang kepercayaan MbS, Turki al-Sheikh, yang terkenal kasar dan mengintimidasi.


Halaman :




Tonton Juga :





Hasil Polling Calon Gubernur Bali 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending